Ox Residence adalah sebuah guest house di bilangan Slipi yang menyediakan sewa kamar harian dengan harga kurang dari tiga ratus ribu rupiah per malam, sudah termasuk kopi dan teh. Dari luar, bangunan ini mudah dikenali lewat tembok bercat putih benderang dengan penerangan jauh merasuk ke jalanan di depannya. Di dalamnya, Ox Residence mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan tak sempat direnov karena selalu fully-booked.
Kotak sabun cair dalam kamar mandinya yang kecil nampak sudah lama tidak terisi, ditandai dengan mulai tumbuhnya lumut hitam di sudut-sudutnya. Handuk dan seprainya agak lembab. Pintu kamar perlu ditekan dengan jumlah energi tertentu agar bisa terkunci. Suara dari kamar tetangga terdengar jelas, bisa nguping.
I like Ox Residence. Bangunan semi apartemen ini mengingatkan gue pada kamar apartemen lama gue di Singapura, which I shared with hookers. Harganya miring dan letaknya strategis, bisa dicapai dari tengah kota dalam waktu lima menit dengan kendaraan umum. Convenient, meski agak kurang terawat. Fitur ini nampaknya menjadikan tempat ini populer, for those running away from their life, literally, and metaphorically. Dan biasanya, orang-orang macam ini cukup menarik kepribadiannya.
Meskipun demikian, saat pertama kali menjejak di dalam Ox Residence, gue ketakutan juga, bertatap muka dengan tetangga-tetangga yang lagi duduk-duduk sambil bertelanjang dada. Buru-buru gue masuk ke dalam kamar, mengunci pintu dan menutup rapat jendela, memastikan tidak ada mata-mata ingin tahu mengintip ingin kenalan. Ngewri!
It is strange how a few years could make me feel different, or at least could make me think I’ve changed. Tiga tahun lalu, gue menyambut apartemen baru gue dengan riang gembira. Ya, iya sih, orang-orang yang tinggal memang agak aneh. Ya, iya sih, bodyguard tetangga gue itu emang nyeremin. Tapi takut, bukan reaksi gue ketika melihat roomate gue untuk pertama kalinya.
Curious, lebih mendeskripsikan perasaan gue saat itu. Teman-teman gue itu ‘menarik’, dan gue ingin berkenalan lebih jauh. Gue ingin tahu mereka sehari-harinya ngapain aja, kenapa pakai gstring renda-renda terus, kenapa pacarnya kok baik amat mau ngasi mereka duit tiap malam? Ganti-ganti pula. Gue duduk bersama, main bareng, ngobrol dan tidak merasa ada yang berbeda antara kami.
Tapi empat tahun kemudian, masuk ke Ox Residence, bertemu dengan orang-orang yang mungkin di kehidupan lain adalah roommate, gue merasa terintimidasi. Padahal, mereka mungkin orang-orang normal dengan pekerjaan yang normal – hanya lagi nggak pake baju aja.
Apakah beberapa tahun mengalami hidup yang lebih baik daripada bekas roommate gue telah mengubah gue? Selama beberapa tahun ini, gue memang jarang perlu menginap di hotel remang-remang. Bintang empat minimal, atau wisma tamu universitas. Kalaupun harus merebahkan badan di losmen pinggir pantai, biasanya satu kamar berlima, dengan tetangga para keluarga muda dan handai taulannya. Gue bahkan punya apartemen sendiri, yang tak perlu gue bagi dengan siapapun.
But does it mean that I’m a different person? Atau gue mengira gue berubah, menjadi seseorang yang lebih baik, di saat gue sebenarnya masih orang yang sama yang dulu berbagi rokok dengan pelacur?
Konon, tukang copet bisa mendeteksi siapa langganan angkot siapa yang anak baru. Mereka yang sudah sehari-hari naik angkot biasanya nggak bakal dijadikan sasaran. Hal ini dibuktikan seorang teman anak M01A dulu. Tiga tahun langganan mikrolet, tidak pernah sekalipun dicopet. Tapi setelah beberapa tahun absen lalu naik lagi, beliau langsung jadi korban!
Temen gue keki. Lama tidak naik mikrolet menyebabkan penurunan kewaspadaan, pengurangan kedekilan, serta peningkatan kekurangsigapan naik turun, yang menyebabkan ia terlihat layak berbagi harta dengan copet. Namun kenyataan bahwa beliau tetap harus naik M01A menunjukkan bahwa ia masih setara dengan warga mikrolet lainnya.
Beberapa fakta hidup, membuat gue mungkin terlihat berubah. Ada sedikit lebih banyak hal yang bisa gue bagi, dan yang sedikit itu membuahkan gue akomodasi yang lebih baik daripada Ox Residence dalam pekerjaan gue.
Namun kenyataan bahwa gue masih bisa terdampar di Ox Residence menunjukkan bahwa gue sebenarnya orang yang sama. Seseorang yang gelisah ingin kabur dari hidupnya sendiri tanpa diketahui orang-orang yang berada di pusat kehidupan. I am running away from something, mungkin seperti tetangga di Ox Residence.
The same goes for my blog. Gue memulainya sebagai area ngobrol sendirian tanpa dianggap gila, sambil posting foto-foto yang tidak berani gue kirimkan ke publikasi manapun karena malu, tapi tetep berasa sayang :P. Gue kenal semua yang komen karena a)mereka teman-teman SMA gue, b)mereka temennya temen SMA gue. Sifatnya personal, ditulis nggak pake mikir.
The blog was lucky. Direkomendasikan Dian Sastro. Dibaca para tokoh digital. Dan tiba-tiba saja, blog tampak beda. Gue musti hati-hati membuat nama samaran kalau nggak mau dimusuhi satu kampus. Si blog naik ranking Google. Keluar begitu nama gue dicari. Dapat macam-macam julukan. Ada celeb, ada apa gitu.
Ada begitu banyak sharing penulisan yang awalnya dari si blog ini. Dia macam jadi sample, contoh muka, my CV. Gue bahkan sampai pengen punya domain sendiri. Seperti ‘blogger pro’ begitu. Lalu blog gue tutup. Worst, gue baru bisa membuat gantinya dua bulan setelah blog awal gue tutup. By that time, sudah lebih dari tiga bulan blog itu tidak aktif.
Do you know what it means in social media? Nggak eksis sehari, ranking twitter langsung turun. Ganti domain, berarti harus mulai memupuk kepercayaan mesin pencari dari nol lagi. Meski ditulis oleh orang yang sama, margarittta.multiply dan margarita.web.id dianggap dua web yang berbeda, dengan tingkat kredibilitas kalah tinggi dengan KW-nya di pasaran, yang mulai meniru sejak tahun 2009.
Gue sempat panik berusaha sedemikian rupa menyelamatkan blog itu. Ke Tumblr ternyata gak semua foto tertransfer. Ke Blogger ternyata hanya tertransfer tulisan dari tahun 2010. Hingga akhirnya gue pasrah. Mungkin seperti Ox Residence muncul untuk mengingatkan betapa gue adalah orang yang sama, blog baru gue juga ingin kembali pada identitas asalnya.
Domain boleh nyewa, desain boleh kinclong, but it’s the same blog I started five years ago. Melepas semua atribut keberuntungannya, blog ini akan kembali jadi blog pemula yang hanya dibaca gue dan teman khayalan gue. Ia tetaplah blog yang ditulis tanpa mikir dan ditulis secara personal. It will be my new home, where I could feel, just as homey, as in Ox Residence.
And if you think you will enjoy some weird companion, you are welcome in this new home of mine J