Gambaran grafis berdasarkan detail kelahiran seseorang ditampilkan di dalam kelas astrologi siang itu. Wajah-wajah para murid berkerut, membaca apesnya pemilik birthchart.
“Cacat dari lahir, ya?” tebak seorang murid.
“Apa orangnya masih hidup?” Tanya seorang murid yang lain.
Bu Guru hanya tersenyum, “masih, dan ada di antara kita, coba, tunjuk tangan, birthchart siapa ini?” Gue, cengengesan seperti biasa, mengangkat tangan. Ruangan penthouse apartemen di bilangan Jakarta Selatan itu tiba-tiba terisi gemuruh bisikan. Gumaman kasihan, yang disertai tatapan tidak percaya.
Bagaimana mungkin, seseorang yang begitu digandrungi penyakit dan kenaasan, bisa bertahan hingga usia dewasa, punya perusahaan sendiri, menulis tujuh buku, keliling puluhan negara, belajar astrologi pula. Sambil ketawa-ketawa.
Lah jangankan mereka, gue aja kadang heran kok.