Curhat itu Penyakit

“Gy, lagi bingung nih…”
Oh nooo….begitu dalam hati sebenernya gue menjerit ketika mendengar suara temen gue, rekan mahasiswa di NTU. Pasalnya, ini uda ketiga kalinya dalam minggu; ke-berapa belas kalinya dalam bulan, dan keberapapuluhnya dalam semester ini beliau menelpon gue jam 1 pagi, spesial untuk memberikan reportase langsung tentang kisah percintaan jarak jauh mereka. Kalau gue mau dikucilkan dari masyarakat karena dapet cap bukan teman yang baik, uda pasti gue bakal langsung menutup telpon dan cabut tidur. Tetapi secara gue ingin mencitrakan diri gue sebagai teman yang baik, gue pun menjawab dengan sabar….

 

 
“emang kenapa? putus lagi sama pacar?”
“bukan…tapi…” dan selama 20 menit kedepan saya kembali disajikan dengan alunan curhatan nan merdu dari beliau, mulai dari betapa dia tidak menerima cewenya punya cita2 jadi CEO hingga betapa dia tidak pernah bisa mengerti keinginan cewenya. Duh ! jadi CEO-nya aja juga belum tentu, brantemnya pake sekarang !
Suer ! gue itu suka ngedengerin curhatan orang . Menurut gue curhat adalah sebuah simbol kepercayaan seseorang, yang mana pantang buat ditolak. Apalagi sebagian materi curhatan itu bisa diolah menjadi bahan dasar gosip bergizi dalam rumpian selanjutnya. Bukann..gue ga ember kok, tentunya bahan curhatan itu gue klasifikasikan berdasarkan nilai kerahasiaannya.

Gue sendiri adalah orang yang haus curhat, sering terduduk lemas dan depresi ketika melihat list MSN gue menunjukkan : Friends (0/122), menandakan bahwa sedang tidak ada satupun temen yang available untuk mendengar curhatan gue. Curhat adalah sebuah kebutuhan primer, sebuah bentuk ekspresi manusia sebagai makluk sosial.

Tetapi segala sesuatu yang berlebih itu kan ga baik yah…Makan itu adalah kebutuhan primer, tapi jika berlebihan bisa menimbulkan obesitas, lalu sakit jantung, kolesterol dan stroke. Demikian juga curhat. Indikasi kelebihan curhat yang sudah mengarah ke ketidaksehatan bisa dilihat di teman gue ini. Dia menunjukkan gejala curhat lebih dari seminggu 3x dengan topik yang sama dan setiap proposal pemecahan masalah dimentahkan dan berakhir gantung.

Suatu kali gue memutuskan mengadakan eksperimen, mengenalkan teman gue kepada teman gue yang lain, lalu gue appear offline selama seminggu. Hasilnya: ter-deprived oleh kebutuhan akan curhat, si pencurhat kawakan itu mengalihkan segala curhatannya kepada teman barunya, yang bahkan belum pernah ditemuinya secara nyata! Materi curhatan masi berkisar tentang hal yang sama, menyangkut orang2 yang kita kurang akrab bersama. Hal ini membuat gue mengambil kesimpulan: curhat itu penyakit!

Menurut gue, secara curhat itu sudah disimpulkan sebagai penyakit, perlu diadakan terapi khusus. Misalnya, dengan mengkaji ulang segi newsworthy dari curhatan yang mau disampaikan. Sebagai bekas mahasiswa jurnalisme, gue menganjurkan agar segi proximity dipertimbangkan. Jika objek curhatan bukan kerabat dekat, mantan pacar atau selebritis, biasanya sulit untuk penampung curhatan untuk memberikan cukup empati. Atau at least, objek curhatan harus penting bagi kelangsungan masa depan penampung, misal: “Oom gue Surya Paloh…” “Sumpeh loe oom loe Surya Paloh? Kenalin dong! Ada lowongan ga di Metro tipi?”

Meskipun tidak dekat dengan objek curhatan, curhatan tetap diterima jika ada sisi bizzareness dalam cerita tersebut. Gue bakal tetep tertarik mendengar curhatan, misal: jika temen gue curhat bahwa pacar barunya adalah mantan pacar pria yang sekarang pacaran sama mantan pacarnya. Meski gue ga ada ikatan dengan mantan pacar mereka semua, tetep aja gue bakal bersemangat menyimak kisah yang aneh, fresh dan berbeda dari hari kemarin.

Terapi yang lain adalah dengan mengurangi periode curhatan secara bertahap. Jika curhatan dalam seminggu itu mirip2 semua, alangkah senangnya gue jika semua itu bisa dirangkum dalam Curhat News Higlight MInggu ini, disajikan dengan inverted pyramid, dengan kejadian paling penting disajikan lebih awal, diikuti dengan berita lain yang kurang signifikan.

Atau…kalau memang suka…banget curhat…bagaimana dengan blog? Yap! Blog! Teknologi anugrah untuk menyalurkan semua hasrat curhat yang tidak dapat dipendam. Alamat blog bisa dikirimkan ke gue, lalu gue akan membukanya di waktu yang pas, dan saran2 bisa gue tinggalkan dalam bentuk comment, yang diterima sukuur..ga ya udah.

Tapi disaat gue sedang curhat di blog ini, gue melihat icon MSN gue berkelap-kelip, menandakan temen gue yang disebutkan diatas itu sudah memanggil gue dengan list curhatan 2 lembar. Ahhh..seandainya kamu tahu alamat blogku…SEANDAINYA KAMU TAHU PERASAANKU YANG SEBENARNYAAA….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *