Have you ever seen a girl and think that if you were a boy, you would dump her too exactly the way her ex-boyfriend did?
Have you ever seen another girl and think that if you were her boyfriend, you would cheat on her exactly the way he was?
Gue, dengan hati yang keji dan penuh kejahatan, tentu saja, pernah.
Gue sedang duduk di sebuah kafe sambil mendengarkan sebuah kisah memilukan. Seorang gadis yang jatuh bangun mengejar kekasihnya. Lagu Kristina dangdut jadi terdengar ceria dibandingkan kisahnya. Tak satupun SMS berbalas, tak satupun telepon diangkat. Padahal ia yakin pria ini cinta sejatinya. Ketika disantroni, sang pria hanya menjawab pendek, ia sibuk dan tak punya waktu. Ketika mengejar, ia diusir. Harkat seorang wanita dirobek-robek. Air mata terburai. GONG.
Kisah berganti tentang kisah gadis yang diselingkuhi kekasihnya. Si gadis langsung melabrak wanita ketiga itu lalu memaafkan kekasihnya. Tidak berapa lama kekasihnya itu pergi demi wanita lain. Harkat sebagai kekasih dirobek-robek. Air mata terburai lebih deras. GONG.
Gadis ini sangat mencintai pacarnya! Buktinya ia menelepon puluhan kali sehari, menciptakan bahasa khusus untuk hubungan mereka, aktif memproklamirkan perasaan di Twitter, Facebook dan situs jejaring sosial lainnya, mengirim live update via bbm akan apa yang ia makan, ia minum, ia lihat, belum lagi sms-sms puisi cinta. Tapi kenapa pacarnya malah minta break? GONG.
Gue mendengarkan kisah itu sambil berkata ‘ya…ya…’ setengah mendengar setengah tidak bak sedang mendengarkan alasan Pak Dasrul si supir butuh empat kali memutari Kuningan demi tiba di sebuah gedung di jalan yang sama. Lagu lama. Alesan. Seharusnya bisa dihindari. Wajar aja begitu.
Where in the world is the women solidarity, you may ask.
Janganlah berburuk sangka. Gue, sebagai wanita yang punya perasaan halus (meski jahat), tentu bukannya tidak paham terhadap pedihnya ditinggalkan, dilupakan, dicampakkan, dikalahkan dengan pekerjaannya, dengan dunianya saja, dengan pacar baru.
I was dumped, I am dumped atau bahkan, I’ve always been dumped. Buktinya, seberapa lamanya gue absen, gue akan selalu kembali punya waktu untuk duduk bengong di malam minggu untuk ngeblog, atau singkatnya: menjomblo.
Semua orang, bahkan yang bisa membuat lelaki bersumpah nggak bakal poligami, polipacar atau poli-poli yang lain, macamnya Cheryl Cole, pernah dicampakkan oleh seseorang seperti Ashley Cole. Tapi terkadang, hanya terkadang, gue merasa yang memperparah perasaan tercampakkan, tertinggalkan, terlupakan dan terkalahkan itu justru datang dari oleh sikap sang korban, biasanya perempuan itu sendiri.
Kalau kata nenek moyang gue, jika kita jualan, kita harus percaya sama barang dagangan kita sendiri. Kalau kita aja nggak yakin barang kita ok, gimana bisa meyakinkan pembeli? Dalam kasus percintaan, how can you expect someone NOT dumping you while you are already dumped yourself? How can you expect someone to respect you if you don’t put high regards on yourself?
Dalam kasus pertama misalnya, tentu saja Kristina Dangdut itu akan dicampakkan dan diperlakukan dengan bak sampah masyarakat! He is obviously not that into her! Setiap pendekatan lebih lanjut memang hanya akan berakhir dengan pencampakkan yang lebih menyakitkan.
Kristina Dangdut bisa saja menangkap sinyal ketika sms tak berbalas dan punya kesempatan moving on dengan wajah terangkat sombong. Ia bisa mengarang kisah tentang dirinya yang mencampakkan si lelaki. But no, she chose the hard way. Dia memilih untuk jatuh gedebuk pingsan ditolak tanpa ada kesempatan memutarbalikkan fakta.
Dalam kasus kedua, gue percaya once a cheater, always a cheater. Perselingkuhan pertama adalah indikasi buruk. Tapi bukannya menghardik keras pacar sendiri, nona korban malah memaki orang lain dan memaafkan si hidung belang. Sikap yang sebenarnya seolah menjadi license untuk hidung belang berselingkuh lagi. Sikap yang membuka jalan panjang di depan bagi nona korban untuk dicampakkan dan dianggap tidak berharga.
Dan kasus terakhir, bagi gue terjadi justru karena nona cinta kasih menaruh harga terlalu murah pada cinta kasihnya. Bukan, gue yang praktis efisien ini tidak percaya sistem jual mahal. Bisa-bisa pindah semua ke toko sebelah.
Tapi kekasih tak tahu diri malah akhirnya tidak bisa menghargai cinta kasih karena sejak awal nona cinta kasih tidak membuatnya punya nilai. Seperti air yang mengalir membuat banjir tidak bisa dihargai seperti setitik embun di Gunung Kidul. Nona cinta kasih telah menggali bencana dalam hubungannya sendiri.
Bukan, gue juga tidak mau bilang bahwa saat tercampakkan, seorang wanita harus berdiri gagah perkasa. Sungguh, siapa wanita, yang ketika dalam kondisi demikian, bukannya mundur malah semakin semangat mengejar berkobar-kobar.
Mengutip kata seorang teman, we are all dumb when we are in love. Gue melakukan semua hal patetik yang tidak mengundang simpati itu. I sent unreplied SMS, I wrote unread BBM, I called to a number seemed to have been deactivated, I made monologues on messenger, I would even cross the sea in hope to see his shadows.
Lalu, ketika akhirnya ia sudi menjawab pertanyaan gue, ‘Kamu tuh masih sayang sama aku nggak sih?’ gue akan melonjak kegirangan dan berpegang teguh pada harapan, macamnya sebuah doa yang akhirnya dijawab Tuhan. Bahkan meski gue tahu jawaban tersebut sifatnya sama dengan jawaban pertanyaan ‘Aku gendut nggak sih?’ There’s only one way to answer, and that answer is never true.
It’s normal to be dumped and it’s perfectly fine to be dumb when you are dumped. Cheryl Cole saja pernah khilaf dan memaafkan Ashley Cole setelah bolak balik selingkuh. But you just need to know when to stop hurting yourself.
Satu bbm tak berbalas akan membuahkan kekecewaan. Tapi 10 bbm tak berbalas akan membuahkan kekecewaan 10 kali lipat. Have mercy on yourself. Jika sudah merasa letih main catur cinta sendirian, stop, istirahat sana. Jika sudah tahu bahwa jawaban ‘kamu sayang aku nggak sih’ itu palsu, berhenti berharap, jangan malah meninggikan harapan.
And you can only stop, if you realize that you are dumb. Orang merasa bodoh akan belajar dan mungkin bisa jadi pintar. Tapi orang merasa pintar akan puas diri tanpa menyadari dirinya telah tertinggal. Mengejar-ngejar orang yang sudah melupakan gue itu bodoh. Gue bisa terus mengejar selama itu menyenangkan gue, tapi ketika gue capai main kejar-kejaran, gue tidak perlu terus berlari karena tahu gue sedang melakukan hal bodoh.
Setengah mati mempertahankan seorang pria semata karena yakin tidak bisa mendapatkan yang lebih baik itu bodoh. Gue bisa tetap bertahan jika itu membuat gue merasa jadi orang baik, tapi gue tetap harus tahu bahwa jika ia membuat gue nangis, ia bukan yang terbaik bagi gue. Semoga yang baik datang sebelum gue menopause.
Dan dengan begitu, mudah-mudahan gue bisa berkesempatan mengarang cerita seperti kehendak gue. Sebuah cerita, yang memang tidak perlu mengundang empati masyarakat. Tercampakkan, seperti kata sifat yang lainnya, juga relatif. Cheryl Cole tercampakkan oleh Ashley Cole oleh perempuan-perempuan sedikit seksi di sekitarnya. Tapi saat ia meninggalkan Ashley begitu saja, berita berubah, Cheryl dumps Ashley.
Of course, it still sucks to be left alone. But you can choose how you get dumped. To fall graciously and arise afterwards, or to climb first so that you can fall deeper, and break all your legs, and arms and head. But remember, we’ve broken our heart, try to keep the bruise to minimum.