Insecure Carrie

A book makes you think

Even the one as shallow as Sex and the City

Demikian gue rasanya mau ngomong. Saat itu gue sedang berada dalam penerbangan Jakarta-Surabaya untuk sebuah workshop. Berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk internetan, tidak punya Kindle, gue terpaksa kembali menggunakan metode hiburan sederhana, membaca buku. Hardcopy. Klasik.

Sayangnya, pria yang duduk di samping gue nampaknya tidak terlalu terkesan dengan pilihan bacaaan gue. Bersampul pink terang dengan dekorasi rantai-rantai emas, jelas buku ini terlihat jelas tidak seperti sebuah sastra.

Biarpun ditutup dengan kaca mata hitam, gue yang duduk persis sejajar, kelas ekonomi pula, dapat meihat dengan jelas gerak matanya yang ikut membaca huruf-huruf besar-besar dengan spasi bersahabat khas chicklit, membentuk kata sex, penetration, intercourse, dripping cement, moaning, panting, oh…my…god…

Bibirnya yang tidak bisa ditutup kaca mata hitam, tidak bisa menutupi ekspresi. Melengkung ke bawah. Nge-nye.

Sesaat gue gusar. Padahal awalnya gue cukup menikmati buku Summer and the City karya Candace Bushnell ini. Ringan, penuh celotehan dan sindiran tajam khas lanjutannya, Sex & the City. Seperti dengan serial favorit gue itu, banyak isu remeh yang ternyata adalah yang utama dalam kehidupan seorang perempuan muda kota besar, yang sedang berjuang mendaki tangga karier.

This is a book before Carrie. Ini adalah masa ketika Carrie baru datang dari udik, kota kecil Amerika,. Masa bahkan hanya setelah Carrie lulus SMA. Masa ketika Carrie belum yakin jika ia akan menjadi penulis bestseller. Masa ketika Carrie masih…perawan.

Maka, gue bisa dengan mudah memahami pengalaman tokoh utama buku ini, Carrie Bradshaw, yang mirip dengan pengalaman gue saat baru awal kuliah. Diusir dari tempat tinggal. Check. Diramal gagal lulus sama dosen. Check.  Diyakini rekan-rekan bakal DO. Check. Malah dugem tiga kali seminggu. Check. Pacaran sama cowok umur 30 taon. Check.

Tapi lebih dari sekadar pengalaman wacky and wonderful yang kebetulan mirip dengan sesosok judul fiksi, gue manggut-manggut sepenuhnya dengan satu tema yang selalu akrab dengan diri gue. Insecurity. Buat manusia macam gue yang selalu mengikuti SATC, dari awal Carrie meniti Karier, hingga dibuat film bioskop tentang Carrie perempuan paruh baya, hingga SATC 2 yang super orientalis dan tidak sensitif, gue sebenarnya tidak menyangka seorang Carrie bisa punya sisi insecure.

Gue punya fantasi, si Carrie, si penulis berbakat, yang bisa beli Louis Vuitton buat hadiah, yang punya pacar ganteng sakses di  kota yang katanya, if I can make it there, I can make it anywhere dan selalu dikelilingi sahabat-sahabat setia, tidak akan pernah merasa insecure. Nggak mungkin. Nggak ada alasan. Dan saat insecure, ia pasti punya teman yang menguatkan.

Tapi Carrie yang di Summer and the City itu cranky. Dia insecure dan tidak yakin tentang segala sesuatu yang dijalaninya. Carrie bahkan insecure tentang seks, sesuatu yang nantinya jadi bahan tulisannya saban hari. Hampir 85% bagian buku ini sebenarnya berpangkal dari insecurity Carrie tentang seks.

Segala sesuatu tentang seks menakutkan dan meragukan buat Carrie. When you haven’t done it, you are afraid it hurts. When you have done it, you are afraid of diseases. When you haven’t done it, you’re embarrassed to admit. When you have done it and your next partner hasn’t, you are also embarrassed. When you haven’t done it with your boyfriend, you’re afraid he’ll leave. When you’ve done it, you’re even more afraid that he’ll leave.

When you don’t like it, you are worried the next one will be as bad. When you like it, you are still afraid that the next one will be bad.  When you don’t do it, you are wondering if you can do it. When you do it, you are afraid you aren’t good. And next and so on and so forth.

Dan jika Carrie bisa segitu cranky-nya soal seks, bayangkan hal-hal besar lainnya yang bisa bikin takut. Carrie takut nggak bisa nulis. Ia takut dimakan sama kota besar yang bernama New York. Dan saat ia menghadapi segala ketakutan itu, tidak ada teman-teman yang membantu. Karena masing-masing sedang sibuk dengan insecurity masing-masing dan selalu punya pendapat yang berbeda.

Membuat gue bertanya, Are women in big cities with particular economic condition always insecure? Bahkan ketika ia masih jadi Carrie yang biasa saja, tulisannya mendapat pujian di kelas, ia sudah punya pacar penulis terkenal, dan punya sahabat-sahabat yang keren. Yet,she is insecure.

Karena merasa diri perempuan, gue mencoba mengintip diri gue sendiri. Do I as a woman, have any reason to be insecure? Gue teringat masa-masa pertama di Singapur. Tidak damai pokoknya. Gue seperti tidak berdaya dengan tuduhan punya pacar terlalu cepat, lebih cepat daripada membuktikan diri bahwa gue bisa tidak lulus secara DO.

Dengan sebuah keajaiban, di tahun pertama itu, gue berhasil meraih nilai yang lumayanan. Sekarang, gue bertanya-tanya jika gue harus merasa insecure masa itu. Gue sempat menyatakan betapa beratnya tahun-tahun awal gue di sekolah, dan seorang professor membalas dengan begitu yakinnya, ‘Oh no, you never struggle. I can see from the beginning you just naturally doing more than just alright.”

Gue kini sudah punya lima buku yang memberikan gue cukup uang jajan. Gue sudah punya mobil dan apartemen sendiri. Gue bekerja di bidang sangat sangat gue sukai, yang cukup gue pahami sampai jeroan-jeroannya. Tapi apakah dengan begitu gue menjadi secure? Tentu tidak! Gue tetap tidak yakin gue bisa nulis. Gue tetap psikosomatis setiap pagi. Pe-De gue tidak sebombastis judul buku baru gue, si Freshgraduate Boss. Gue mempertanyakan jika mencicil sungguh taktik berhemat yang tepat.

Gue baru merasa secure tentang sebuah keadaan, setelah keadaan itu berlalu. Seperti Carrie yang tidak mensyukuri saat dicopet. Padahal tas dicopet itulah yang membawanya pada sahabat-sahabat barunya. Atau gagal menulis puisi di kelas menulis membuatnya menulis drama yang menonjol di kelas. Baru sekarang gue menyadari megap-megap di Singapur membawa gue ke posisi empuk.

Macamnya kutukan, semakin kompleks hidup seorang perempuan bahkan dengan kompleksitas yang positif, amat justru malah semakin dihantui oleh kegalauan. Ada begitu banyak pandangan orang yang tertarah yang perlu dipikirkan dan perlu dibuat positif. Apalagi, pandangan-pandangan ini semua tidak ada yang seragam.

Seorang wanita dengan hidup yang lebih sederhana, mungkin punya nilai norma yang dijunjung tinggi. Mungkin juga, akan selalu berusaha memenuhinya. Yang jelek dijauhi. Yang baik dikerjakan. Tapi dalam hidup urban yang kompleks ini, yang bener dan salah suka nggak jelas. Cuti bersama sama enggak saja suka rancu, eh…

Balik lagi soal seks misalnya. Mana yang bener? To do or not to do? Dalam hidup yang sederhana, tentu saja tidak. Dan seorang wanita tidak perlu pusing karena cukup konsen menjaga diri hingga akad nikah. Tapi Carrie, malah bingung. Norma sosial berkata tidak, have dignitiy, my lady… Tapi norma sosialita berkata tentu saja! Test drive! Act of Love, are you that naïve?

Akhirnya, jadi perawan insecure, tidak perawanpun, insecure, karena selalu ada sisi di mana pilihan yang diambil terasa salah. Demikian juga dalam sisi hidup yang manapun. Di kelas teri, mungkin jadi ikan paling gede. Tapi di kelas kakap, jadi anak bawang. Jadi begitu sulit untuk menjadi ikan terbesar karena di atas ikan masih ada ikan. Apalagi konon di hidup yang kompleks, pertemanan pun jadi kompleks.

Lalu, gue jadi terbiasa dan menjalaninya sebagai bagian tak terpisahkan dalam hidup. Gue sudah tidak menanyakan mengapa bak ajaran Budha, hidup itu selalu sengsara. Tidak menanyakan buat apa gue susah-susah gini jika gue baru bisa menikmatinya setelah masa itu berlalu. Kapan dong gue menikmati masa pensiun?

Seperti saat tiba-tiba gue mulai meracau berlembar-lembar setelah merasa insecure terhadap pandangan lelaki tak dikenal di sebuah pesawat. Dengan sebuah reaksi defensif yang normal, gue mulai membedah buku tanpa mempertanyakan jika orang tersebut perlu diyakinkan. Lagipula, mungkin tak akan pernah membacanya. Eh, ini yang baca ngerti nggak sih? Insecure lagi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *