Interview with the Playboys

Sebut dia Prince Charming (PC). Gue pertama kali berkenalan dengannya di sebuah club malam dan kami berdua tidak tertarik untuk memperpanjang perkenalan singkat kami lebih dari satu malam. Sejujurnya, gue bahkan sudah melupakan PC sama skali ketika gue membuka mata esok harinya.

 

Charming and the gank, menurut sumber dekat, adalah seorang womanizer, playboy, kata lainnya. Track record pacaran, one night stand, TTM, HTS, affairnya luar biasa panjang, sehingga sulit mengikuti siapa pacarnya sekarang jika tidak sering-sering kontak.

 

In a twist of fate, kami berjumpa lagi, dan tiada angin tiada hujan, hanya alcohol, Charming sang penakluk ambruk, dan membongkar kisah-kisah yang sbenarnya bukan urusan gue, memberikan bahan gosip buat gue.

 

Charming bukan playboy pertama dalam hidupku. Entah karena gue banyak dosa, dalam perjalanan kehidupan, gue banyak berpapasan dengan kaum pria tersebut. Mereka datang dari profesi yang berbeda. Fotografer For HIM Magazine, insinyur, wartawan, general manager, pengusaha IT, mantan calon pastur, mahasiswa kedokteran, model, anak pejabat, bartender, DJ, kutu buku…Tapi apapun latar belakang mereka, ada sebuah benang tipis yang bisa ditarik, sebuah kesimpulan tentang mengapa dan bagaimana mereka disebut the playboys…

 

Tentunya, kesamaan sifat yang bisa kita liat bersama dari smua playboys: mereka adalah orang yang memiliki sesuatu. Mungkin ga ganteng tapi sangat enak dilihat, atau nyetir BMW, atau punya photographic memory  yang membuat wanita terharu biru menyadari diingat sampai detail2nya. Teman gue bisa menghafal baju yang gue pake di suatu party 6 bulan sebelumnya, lengkap dengan jenis heels, asesoris, dan detail2 lain.

 

Tetapi jika diperhatikan, bukan jarang mereka nilainya hanya 7.5, meski merata di setiap aspek. Hal yang membuat mereka terlihat bernilai 10 adalah kemampuan playboy menangani wanita (mengutip Charming) ‘like handling a fragile vase’, membuat playboys dan gays jadi serupa tapi tak sama.

 

Orang bilang, gays are girls’ best friends. Dan playboys, adalah lelaki yang sanggup membuat wanita merasa begituuu nyaman..begituuu percaya…begituuu terlindungi. Seringkali gue salah menilai playboys sebagai gays, membuat gue salah langkah. Gue lupa total bahwa ada genre lain untuk pria-pria yang tau how to dress and to present himself well, peduli bentuk tubuh dan lembut-manis kepada wanita, selain gay.

 

Cara membuat kaum wanita terlena itu dibagi 3 skills. Pertama, interpersonal. Playboys sensitive, mampu membaca orang dan sadar penuh kelebihan/kelemahan sendiri. Dengan begitu, mereka mudah membuat wanita merasa bebas dan membicarakan dating and perception, and expectation and relationship.

 

Kedua, pengetahuan umum. Seorang PC juga memiliki list tempat dating paling yahud tingkat nasional, dan jago teori-teori sosiologi macamnya Human Behavioral Theory dan Johari Window, yang bisa diterapkan sekaligus untuk memesona korban. Mereka juga mengetahui pasti kadar alcohol yang bikin kliyengan, sheesa yang bisa bikin ktawa ktiwi dan daptar hotel transit. Plus hal2 ringan lain sperti, mawar atau lili, praline atau dark chocolate, dan sbagainya.

 

Ketiga, dan mungkin yang paling penting, adalah dalam hal jasmani, atau istilahnya dari ‘handling conversation to pick up girls, to bed room kind of things’. Ambil contoh si mantan pastor, yang memiliki buku guide, “How to treat a woman” terbitan seminarinya. Dalam buku itu tersedia instruksi bagaimana cara meng-approach wanita *sebagai pastor* agar sang wanita tidak merasa direndahkan/dilecehkan, tetapi merasa secure, seimbang dan nyaman, yang kemudian disalahgunakan ketika dia drop out.

 

Dia lalu memberi contoh. “If you were about to fall, which way should I hold u so that you can balance yourself yet, you won’t felt I harassed you?”

“Hand!” gue jawab spontan.

“Which part?” dia kembali bertanya

Menurut buku guide, bagian yang tepat adalah antara siku dan lengan bagian atas. “If I hold your arm wrist, you would think that I’m up to something. If I hold your arm, I would not be able to balance you. But this way…how? Is it nice?” dia tersenyum bangga.

 

Jika seorang playboy sudah menguasai ketiga skill itu, wanita-wanita akan datang dengan sendirinya. Reputasi sbagai playboy kadang menantang untuk ditaklukan. Manusia memang sering berharap jadi agen pembawa perubahan, percaya bahwa kita memang BERBEDA dan mampu mengubah sifat bangsat seseorang yang telah tertanam belasan tahun. Kenyataannya, sangat sulit mengubah sifat yang telah terbentuk bertahun tahun.

 

Apalagi playboys sudah punya rumus membela diri: everytime is ALWAYS DIFFERENT. Watch out dengan kata kunci berikut. Mereka biasanya akan mengakui track record mereka yang kurang membanggakan itu, sambil membela diri bahwa sbenernya mereka TIDAK SENGAJA melukai hati wanita-wanita lain, dan bahwa THIS TIME IS DIFFERENT, bahwa sekarang mereka telah BERUBAH, atau bahwa di hadapan wanita yang sungguh dicintai, dia bersikap BERBEDA plus bahwa BARU KALI INI-LAH dia melalukan hal ini itu. Agar meyakinkan, terkadang si plaboy akan pura-pura tidak tau tempat-tempat nongkrong yang romantis, mengaku CUPU dan TIDAK BERPENGALAMAN. Jangan lupa cerita tentang pacar lama yang sangat dicintai, but everything is over, agar semakin meyakinkan kisah bahwa once upon a time, dia pernah setia…

 

Kesimpulan ini berdasarkan pengalaman pribadi. Coba tebak berapa kali gue mendengar dari mulut pria-pria dalam sebulan bahwa gue BERBEDA, UNIK, dan bahwa KALI INI BERBEDA DENGAN YANG SUDAH2 ? LIMA BELAS KALI, dari LIMA BELAS pria yang berbeda. Caranya tentunya berbeda, misal :

Margie : Is this they way you always treat your clients ?

Si General Manager (tampang tersingung, pilu, sedih, berkaca2) : No, is that what you think of me ? matter of fact, this is the first time I do such things. I’ve told you I had a long time girlfriend, I guess I only feel the same way with her and with you.. but she’s gone, impossible to return,”snif…snif…

Atau…

“I have to admit i’ve met a lot of girl, but no one is like you…”

Ketika di kali 15 gue mendengar hal senada, gue sudah tidak lagi merasa unik dan tersanjung. Apalagi mengetahui bahwa statistic di lapangan menunjukan mereka BOHONG BESAR!

 

Meskipun begitu, rasanya terlalu kejam dan sayang jika playboy dilewatkan begitu saja. Sifat playboy yang bikin nyaman, pandai memperlakukan wanita membuat mereka jadi menyenangkan jika bersama.  Apalagi mereka tahu tempat-tempat hang out paling yahud. MANFAATKANLAH! Nikmatilah fasilitas yang ditawarkan. Jangan lupa selagi menikmati fasilitas, bertukar pikiran filosofi guna memperluas pengetahuan umum. Terkadang melalui sesi diskusi dengan mereka, pikiran jadi lebih plong dan mampu memahami diri lebih baik, anggap saja bimbingan konseling.

 

Dan tiada yang lebih nikmat, daripada despite sgala keahlian, mereka bisa begitu percayanya..begitu nyanteinya…begitu sombongnya, membongkar kisah criminal mereka,  sama gue, si perempuan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *