Besok malam oknum R harusnya jadi pria paling bahagia. Ia akan bersanding dengan bukan hanya satu, tapi dua wanita. Gue dan teman gue sama-sama nge-book dia untuk digandeng di malam perpisahan Indo-NTU. Bukan karena oknum R begitu membanggakan jadi pasangan, tapi lebih karena dia adalah satu-satunya cowo di kelas Perancis kami yang bisa disabet semalam sebelum acara.
Guna menjaga keharmonisan malam besok, kita sudah memaparkan aturan main. “Pokoknya ya, Fahri, loe harus berlaku adil kepada kita berdua. Itu berarti gak boleh ada yang jalan lebih cepat atau lebih lama. Kita harus tampil serasi seimbang di sisi kiri dan kanan loe. Ayo latian dulu ! Satu…dua…kiri…kanan… Terus…kalau ambil minum atau makanan, loe harus ambil tiga sekaligus dan diberikan pada kita secara bersamaan… “
“Gimana caranya?? Tangan gue Cuma dua!” Oknum R protes
“Halah, jangan banyak cingcong, itu bisa dibawa kayak pelayan restoran padang, piringnya ditumpuk di lengan.”
“Mati dhe…susah banget sih!”
“Sapa bilang poligami gampang…banyak tuntutannya!”
Kami berpisah sambil oknum R bersungut-sungut, “belom kawin ajah uda pake perjanjian macem-macem…”
Hoho…Oknum R belum tahu aja, aturan main sehari tadi ga bakal seberapa dibandingkan perjanjian pra nikah yang ada dalam pikiran gue. Gue sudah menyiapkan draftnya.
“jika kita menikah nanti…aku mau: perjanjian pra nikah bermeterai yang ditandatangani dihadapan notaris yang butir-butirnya sebagai berikut:
1. Perincian harta terpisah
2. Aturan perselingkuhan/kawin lagi/kawin kontrak/diceraikan secara paksa:
a. 75% dari bagian harta terpisah itu akan menjadi milik pasangan jika pemilik harta berselingkuh/kawin lagi/kawin kontrak/menceraikan secara paksa
b. Mandul/impotensi/ejakulasi dini dan disfungsi seksual tidak bisa menjadi alasan valid untuk perceraian/pernikahan kedua/selingkuh (dan perceraian/pernikahan kedua/selingkuh dengan alasan tidak valid mengacu ke poin 2.a)
c. Alasan valid untuk perceraian/pernikahan kedua/selingkuh: KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), pembohongan/pemalsuan terhadap hasil tes screening kesehatan pra nikah, terlibat tindakan criminal terhadap anggota keluarga.
3. Hak pengasuhan dan biaya pendidikan anak
4. Poin berikut diskusikan lebih lanjut
Matre? Paranoid? Fisik? Ide perjanjian pra nikah ini memang terdengar menggelegar di telinga sebagian besar orang. Konsep ini dikonotasikan dengan ketidakpercayaan pada pasangan sampai matrealisme.Bukannya kita harus setia dalam suka dan duka ya ? Belum kawin aja uda curigaan…Duh… Emang sekarang cinta-cintaan, sumpah setia sehidup semati. Tapi manusia berubah; muka peyot, perusahaan bangkrut, tender gol, gunung meletus, pacar lama kembali, dan semua ini bisa mengubah karakter pribadi juga sifat keabadian sebuah pernikahan. Justru perjanjian pra nikah yang makin lama makin marak di antara pasangan muda ini yang bisa menjamin nilai pernikahan tetap sama dengan jaman penjajahan dulu.
Perjanjian pra nikah juga bisa menjadi bukti tertulis rasa percaya terhadap pasangan. Jika seseorang berani menggadai hartanya 75% untuk menebus kekhilafannya, pastilah segala ragu dan curiga akan sirna. Tidak berani tanda tangan menunjukkan bahwa bahkan pasangannya tidak yakin cintanya akan bertahan hingga akhir hayat. Oleh karena itu, perjanjian pra nikah adalah baik, dan PERLU!
Perjanjian pranikah biasanya mengatur urusan perceraian, macamnya hak asuh anak dan harta terpisah. Biar lebih afdol, hendaknya juga menspesifikasi aturan perceraian, terutama yang disebabkan oleh masalah seks dan sejenisnya. Kemarin seorang teman memaparkan kurikulum kursus pra nikah yang dijalani temannya. Pelajaran pertama: fondasi perkawinan: 1.sex, 2. Materi, 3. Komunikasi.
Komunikasi Cuma nomer 3! fakultas gue ga penting! Empat tahun blajar dan tidak menjamin kelanggengan pernikahan! Tapi dipikir-pikir, benar juga. Entah sudah berapa banyak pernikahan yang dinodai oleh bumbu perselingkuhan, perceraian yang buntut-buntutnya disebabkan oleh bisnis tiga huruf ini. Dalam sinetron, digambarkan istri yang merelakan suaminya kawin lagi karena dia tidak bisa memberikan keturunan, menunjukkan betapa pentingnya si tiga huruf plus akibat langsung si tiga huruf jika dilakukan.
Sex dan keturunan menempati posisi nomer satu dalam top 10 penyebab kegagalan dan ketidakbahagian perkawinan. Hal ini membuat inti perkawinan jadi terbatas dalam masalah prokreasi. Perjanjian pra nikah (poin 2) akan menegaskan lagi tujuan perkawinan yang paling utama; membentuk keluarga bahagia. Suami+istri itu uda masuk kategori keluarga loh…lagian masih baaaanyak sodara-sodara kita yang yatim piatu, diadopsi aja daripada menambah populasi! Atau dalam konteks jaman serba canggih, inseminasi juga bisa dilakukan. Emang si banyak yang meragukan keetisan teknik ini, tapi gue yakin teknik ini akan lebih etis daripada perceraian karena tidak punya anak.
Tapi ini kan jadi kaya beli kucing dalam karung…sex dan anak itu emang penting kok ! kalau sudah nyesel terikat kontrak pula..mana bisa bahagia…
Plis dong ah…Ini jaman dimana hepatitis A terasa soo …last year lantaran uda ditemukan virus hepatitis sampe G atau J. Melalui test screening kesehatan sebelum pernikahan, apakah pasangan mengidap penyakit menular, positif HIV, ataupun disfungsi seksual bisa terdeteksi. Inilah cara mutakhir mengetes cinta pasangan! Apakah cintanya melampaui hasil pemeriksaan? Jika tidak, sakitnya perceraian akan lebih pahit daripada sakitnya diputusin. Dan jika iya, hendaklah cinta itu dibuat kekal dengan…perjanjian pra nikah!
Nahh..baru jika test screening ini dipalsukan…menurut gue perceraian tanpa ganti rugi bisa diberikan. Apa jadinya jika pernikahan yang dibangun atas dasar saling percaya ternyata berfondasi kebohongan…
Memang sih, bahkan dengan perjanjian pranikah, hanya ganti rugi material yang bisa didapatkan. Rasa sakit hati, trauma, kesedihan anak dan menjalani hidup sendiri tidak bisa diobati bahkan dengan 75% harta yang didapat. Tapi dalam situasi perceraian, bukankah piihannya Cuma antara yang buruk dan yang terburuk? Daripada hidup sakit hati, terganggu jiwanya dan miskin, lebih baik terpuruk tapi kaya raya…at least bisa…nyewa gigolo?hehehe…
Seperti oknum R, mungkin akan banyak yang menggerutu, belum nikah aja kok repot…Tapi inget, sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya…oleh karena itu, marilah kita SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN.