Oknum R lagi patah hati. Perempuan yang ditaksirnya sudah pulang ke negeri paman sam. Seharian ia mengenang malam terakhir bersama, sambil mengeluhkan nihilnya prospek bersua kembali.
Rekan kerja sakit hati. Mantan pacar sudah lupa total dan kembali ceria. Lalu dalam hitungan kejapan mata, rekan kerja kembali jatuh cinta. Statusnya kembali jadi in a relationship tanpa sempat menggantinya jadi single. Suaranya suka berubah lembut kalau telpon. Jam 5.30 matanya bersinar-sinar sambil nyanyi-nyanyi, tak sabar menunggu waktu buka puasa bareng.
Seorang karyawan senior di Singapura adalah makluk Tuhan yang tercipta yang paling judes. Tapi itu dulu…setelah kawin lari di Italia, beliau seperti makluk yang hidup dalam halusinasi. Kakinya seperti tidak menjejak tanah. Love, fool jadi lagu favorit.
Dari jauh gue menyimak romantika cinta teman-teman gue dengan penuh dengki….
Dalam kondisi normal, gue bakal mencela-cela dan mengasihani hidup Oknum R, dan kedua rekan kerja. Lihatlah hidupku! Ringan tanpa dibebani perasaan sentimental. Pikiran tidak lagi dipenuhi khayalan yang menyesatkan dan hanya fiksi belaka. Malam diisi dengan mimpi tentang diri sendiri.diri sendiri.diri sendiri. Aku bebas kemanapun dan dengan siapapun jua! Aku kan menimba pengalaman tanpa ada batasan! Kadang dengan kemampuan gue pamer, ada orang-orang yang terjebak mengikuti jalan yang sesat ini, lalu menjadi menyesali ketidak-jombloannya
Gue memang sedang menikmati masa paling damai sejak pubertas: sedang tidak kasmaran, juga sudah basi banget untuk masi patah hati.
Tapi mangga tetangga emang selalu lebih manis daripada mangga sendiri. Ketika lagi jatuh cinta, gue merutuk-rutuk. Setiap menit deg-deg-an ga bermakna menunggu telpon si doi. Belum lagi jerawat-jerawat akibat fluktuasi hormone yang muncul di saat yang paliiiiing tidak diharapkan. Lalu ada adegan senyum-senyum melamun sambil nyetir sampai mobil naik trotar dan terbalik dengan 4 roda diatas. Sulit konsentrasi, penuh rasa cemas dan cemburu,dan selalu diakhiri patah hati.
Keadaan tidak membaik ketika terjadi putus cinta. Badan kurus, muka tidak terawat dan jerawat datang setiap saat. Konsentrasi jadi terpecah, pribadi jadi super sensitive, mudah marah, letih lemah lesu, kemunduran prestasi. Sehingga muncullah puisi ala abank Bajaj, Aku Tak Akan Mencinta!
Tapi ketika sekarang gue mendapatkan masa tenang dalam urusan drama percintaan, gue jadi cemburu melirik susah-seneng teman-temanku yang sedang dilanda atau dihancurkan badai asmara. Membandingkan hidup gue dengan hidup rekan kerja yang tidak pernah mengalami masa tenang dalam percintaan…gue jadi berpikir…ohhh…alangkah membosankannya hidup gue kini!
Menurut penelitian, ketika kita sedang jatuh cinta, kadar hormon meningkat pesat. Hal ini memicu kadar euphoria dan keaktifan tubuh. Lihat rekan kerja jadi agak melompat-lompat tanpa menghiraukan badan yang bongsor. Persis seperti habis makan coklat, rasa gembira dan semangat yang berlebihan bisa disalurkan secara positif. Kerja jadi lebih cepat selesai, belajar jadi cepat masuk. Mungkin rekan kerja jadi terpicu untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum 5.30 setiap Jumat, dan berhasil!
Maka ketika factor pemicu ini hilang dari hidupku, otak terasa buntu. Nilai kreativitas menurun drastis. Seharian hanya melaksanakan ritual monoton tanpa ada inspirasi yang lewat.
Patah hati juga terasa lebih menyenangkan. Konon, lagu-lagu terbaik itu diciptakan ketika sang penyair sedang patah hati. Rasa sakit hati yang mendalam mampu memicu orang untuk berkarya. Gue pernah diceritain, batik tulis yang dilukis ketika si permaisuri raja sedang sedih membuat pemakainya ikut nangis. Meski kalau gitu gue jelas ga mau pake batiknya, tapi intinya sesuatu yang dibikin pakai hati, rasanya jadi ngena banget!
Buat gue yang kurang berbakat di bidang mencipta lagu, at least pada saat patah hati itu hidup terasa lebih hidup. Selalu ada drama di setiap situasi. Sedangkan sekarang..ohh..monoton! Tiada lagi acara nangis jejeritan pas dugem, tiada lagi acara robek-robekan foto, tiada pula upacara membanting handphone.
Sakit hati ternyata lebih baik daripada ga punya hati. Kisah emosi roaller-coaster itu sebenernya bak olahraga buat perasaan gue, menjaganya tetap aktif. Jika hati penuh gejolak, rasanya hidup gue lebih bermakna. Meski Oknum R mendesah dan mengeluh terus, setidaknya beliau punya sesuatu hal untuk dikeluhkan. Sedangkan gue, tidak punya sesuatu yang bisa di-share ketika cerita.
“Sekarang lagi deket sama siapa?
“Engga ada..”
“Ohh..masi keingetan sama yang dulu?”
“Engga juga…”
Pembicaraan yang sangat menyiksa gue karena mengingatkan gue tentang hambarnya hidup tanpa bumbu-bumbunya. Hidup yang terlalu damai dan terlalu lurus itu ternyata juga bisa bikin frustasi. Mungkin masalah di dunia tercipta supaya hidup manusia tetap seru untuk dijalani…Kita ga mau jadi penonton terus. Kita mau jadi aktrisnya, turut merasakan adegan action secara langsung. Maka gue pun protes ke seorang teman.
“I want to fall in love!”
Temen gue hening sesaat, sambil mukanya berkerut-kerut…
“Beware of what you ask”
“Yaa..tapi bahkan ternyata sakit hati itu lebih enak daripada ga punya hati…so I’ll take the risk once more…”
“tapi ga ada kan yang bilang klo jatuh hati itu selalu pake hati?”
Usut punya cerita, tetangga si mbak ini kena pelet sampe kawin lari, membuat urusan pake hati itu jadi rancu. Katanya jatuh hati, tapi kalau hatinya sudah dimanipulasi masi punya hati ga tuh?
Duh! Kalau begini mah, masalahnya agak terlalu berat untuk bikin hidup jadi menarik. Tapi sekali lagi, mangga tetangga tetap terasa lebih manis. Di saat seperti ini, kasus peletpun pasti bakal lebih seru. Terbayang hidup tetangga si mbak bakal diramaikan perang dukun dan lempar-lemparan tanah kuburan. Amit..amittt…tok..tok..tok…