Ini merupakan sebuah cara inovatif untuk mengobati rasa rindu terhadap masakan khas Indo yang kadang sulit ditemui di luar negeri. Juga merupakan cara penghematan yang sangat efisien terutama untuk anak kost yang hidup dalam budget terbatas. Disebut metode pengawetan masakan padang, metode ini sebenernya sangat sederhana dan sangat mungkin tidak orginal. Tetapi sering diragukan keawetannya dan efektivitasnya.Percayalah, jangan ragu lagi! Metode ini telah teruji secara klinis dan telah disetujui badan imigrasi di Indo dan di Singapura.
Dari sejak setahun lalu, gue telah memulai bisnis penyelundupan masakan padang ke Singapura. Sehari sebelum keberangkatan, gue bakal menyetok berbagai masakan padang dan membekukannya di freezer.Pembekuan harus dilakukan secara menyeluruh, dengan inti lauk diselubungi gulainya. Sejam sebelum keberangkatan ke airport, keluarkan dari freezer bongkahan padang ini lapisi dengan plastic untuk proteksi lebih lanjut, masukkan ke dalam wadah Tupperware untuk mencegah mencairnya es padang tersebut. Kalau ada termos gede lebih bagus lagi. Lalu bungkus seluruh wadah dengan handuk, dan masakan padang siap masuk bagasi.
Padang beku itu tidak akan mencair dalam jangka penerbangan jangka pendek seperti singapur-jakarta, Jakarta-malaysia, atau bahkan Jakarta Thailand. Jadi tidak perlu khawatir gulai tersebut akan menodai baju dan barang2 Anda.
Jika ragu, anda boleh membawanya dalam hand-carry. Akan tetapi ini akan membutuhkan skill lain, in case padang beku mencair sebelum lewat test screening. Perlu diingat, gulai padang yang ada dalam tiap plastic tidak boleh melampaui 100ml. Pernah satu kali, lantaran lupa membekukan padang malam sebelumnya, gue terpaksa menggunakan ilmu persuasi kepada petugas imigrasi. “yaa..mas..ini kan makanan saya..bener dhe, tuuu ada ayamnya…masa bom si? Namanya juga kuliah di luar negeri mas…kan sering kangen masakan indo…” ujar gue dengan mengerjap2 manja. “yaa tapi de, emang hukumnya ga bole bawa cairan banyak2…” bgitu biasanya si mas menjawab. Dan gue akan berkilah, “Yahh mas..klo kuahnya dibuang ga enak dong…kan saya kangen kuahnya juga…paling enak loh klo pake nasi ! Lagian, liat dhe, ini bukan cairan mas, ini kentel gitu loh, tuu…liat ga mas ? ” Beruntung bagi anda kaum wanita, biasanya si mas ini akan lebih mudah menganggap kuah tersebut kurang dari 100ml dan membiarkan kita melenggang dengan padang ditangan.
Setibanya di tempat tujuan, lekaslah keluarkan padang dari wadanya dan plastik pelindung, lalu kembali masukkan ke dalam lemari es. Kali ini, tidak perlu freezer. Cukup pendingin yang menjaga suhu si padang beku.
Dan ketika diinginkan, keluarkan bongkahan padang dari kulkas, biarkan mencair sedikit..dan… bletok ! lemparkan padang tersebut ke microwave atau panci panas. Dalam waktu sekejap, masakan padang siap disajikan, rasanya tidak berkurang sedikitpun. Jika diinginkan, bisa disajikan dengan piring tumpang tindih agar suasana simpang raya semakin menyemarakkan makan siang/malam anda.
Ketika gue sedang memaparkan metode ini, sering timbul pertanyaan, emang tahan yah? Hoho..ini merupakan pertanyaan yang muncul dari ketidakpahaman akan kultur restoran padang. Memang stereotype, tapi desas desus menyatakan bahwa orang Padang itu cukup, ahem, berhitung! Jelas dalam membuat restoran, seorang Padang akan memperhitungkan untung ruginya. Tidak mungkin mereka membuat makanan yang kurang awet. Hampir semua masakan Padang didesain agar tidak cepat basi, dengan rempah2 yang memungkinkan makanan tersebut dihidangkan setiap hari selama berminggu2 tanpa menunjukkan tanda2 penuaan. Ayam gulai, misalnya, menunjukkan daya tahan luar biasa, membuatnya tidak mudah hancur meski dipanasi berkali2.
Justru semakin lama dibiarkan, masakan padang akan semakin meresap bumbunya! Berikut dengan keringatuda yang masak. Berdasarkan pengalaman, padang beku hasil export gue itu bisa bertahan sampai 1 bulan lebih, bahkan gue ga pernah sekalipun mendapati masakan padang gue itu jadi kurang enak karena kelamaan disimpan.
Ide ini terinspirasi oleh sebuah restoran Padang di dekat rumah gue yang dimiliki oleh pasangan suami istri Cina-Padang. Stereotype skali lagi, tapi konon kedua grup etnik ini sangat pandai, ahem, berhemat. Ketika banjir melanda kawasan kelapa gading, tentunya pasangan ini mulai cemas, lantaran omzet penjualan menurun drastis. Tetapi sebagai perpaduan etnik yang dicurigai paling inovatif dalam hal mencari untung, daripada membiarkan makanan yg udah ada mubazir, mereka malah membuka lebar pintu restorannnya 24 jam! Alhasil restoran ini mendapat hits besar masa itu. Tiap hari dipenuhi orang2 kelaparan seperti keluarga kami. Kita bahkan disajikan makanan tumpeng piring seperti biasa, meski setengah betis kerendem air banjir….
Baru pada hari kelima gue menyadari kejanggalan pada masakan yang jadi santapan tiap hari itu. Makin lama stok makanan mereka makin berkurang; klo kmaren rendangnya masi 5, gue beli satu, besokkannya tinggal 4, dan begitu seterusnya sampai abis. Dan masa banjir itu kan mati lampu, brarti mereka ga bisa masak juga. Berarti..makanan yang gue makan di hari kelima itu..adalah porsi yang sama dari hari pertama…yang sebelumnya entah sudah berapa lama ada di raknya mereka…
Setengah eneg setengah kagum, gue jadi menyadari potensi masakan padang untuk diawetkan secara kekal. Bahkan tidak seperti masakan daerah lain yang harus dihandle dengan tangan bersih atau sarung plastik, kehigienisan bisa diabaikan ! Pada kesempatan lain, pas kakak gue lagi makan dengan gembira, tiba2 beliau menemukan sehelai bulu hitam panjang dalam kuah rendangnya. Entah darimana asal bulu itu. Dan kakak gue langsung muntah-muntah menyadari bahwa bulu tikuspun biasanya pendek2. Jangan2 bulu uda-nya! Gue ngeledek sambil ketawa teguling2. Takjubnya, rasa rendang itu enak2 acan, masih gurih bumbu kelapa tanpa ada tanda2 kebasian sedikitpun.
Berdasarkan observasi ini gue mulai merintis pengawetan masakan Padang, yang juga bisa dipesan setiap kepulangan gue ke Indo. Servis termasuk pengawetan dan pencairan, dengan ongkos charge yang bisa dinego. Metode pengawetan ini bisa diterapkan pada masakan Padang mana saja, selama bergulai dan berrempah, misalnya untuk tunjang, otak, ayam gulai, ayam bakar, rendang, cumi, dendeng balado, pada dasarnya, semua masakan padang! Tetapi perlu diingat bahwa metode ini tidak bisa digunakan untuk masakan dari daerah lain, seperti jawa dan sunda (apalagi! Masa mau ngawetin karedok sama gurame goreng?), kecuali gepuk, itu pun harus dimasukkan lemari es pada hari ketiga.
Jika memerlukan informasi lebih lanjut, silakan hubungi saya. Gratis, selama ga pake kuah.