mobilku DICAT sama HANSIP

Gue sangat menyayangi kekasih gue yang baru.  Yang setia menemani kemanapun gue pergi. Yang siap menyediakan sandaran saat stress melanda di ranah Jakarta. Keluarga gue juga sangat bahagia dengan kehadirannya di tengah kami. Kata mereka, dia sangat tampan.

Seperti banyaknya pasangan, ia resmi menjadi milikku pada tanggal 14 Febuari lalu. He’s my first. My first big purchase. The first car under my name. Dan itulah, mobil tahun 2009 bewarna silver metalik yang jadi permata hatiku.

 

Tapi gue bukan satu-satunya yang mencintainya. HANSIP gue, mencintai mobil gue seperti mobilnya sendiri. Dan dilandasi rasa cinta yang besar itulah pagi ini dia MENGECAT mobilku.

 

Malam sebelumnya, Berkat arahan bergaya militer ala bokap, gue membuat lecet pertama pada UGe, panggilan kesayangan gue pada mobil itu. Pagar yang kurang terbuka maksimal membuat baret kecil di bagian pintu.

 

Pagi ini gue sudah agak lupa dengan luka ringan UGe. Setelah mulai kerja dari jam 6, sekitar pukul 8 gue memutuskan untuk menyuruh hansip gue membuka kerudung mobil UGe, mengelapnya sedikit agar siap dipakai sebentar lagi.

 

Pak Hansip Zaenudin sudah menyambut di depan pintu dengan wajah sumringah.

“Bu! SUDAH BERES! Pokoknya lecet yang kemarin, sudah saya hilangkan!”

Kok perasaan gue ga enak… “Oh ya? Pake apa, Din?”

“Saya cat.”

“HAH?!”

 

Bergegaslah gue ke TKP dan mendapati sebuah BELANG BESAR pada pintu UGe. Rupaya atas inisiatif berlebih, Pak Hansip telah mencari obat cat, mengoleskannya pada bagian yang lecet dan MERATAKANNNYA ke sebagian besar pintu. Alhasil UGe jadi bak mobil bekas habis didempul akibat warna cat yang tidak sama. Bukan silver metalik, tapi silver putih agak doff!

“KOK BELANG?!”

“Tenang aja bu! Kalau sudah kering pasti warnanya sama!” kata Pak Hansip dengan yakin.

Gue mengerjap-ngerjapkan mata gue, seolah ingin bangun dari mimpi buruk. Gue menyentuh bagian yang dicat. Kasar, kasat, BELANG dan ga bisa hilang.

“GA BISA ILANG!!” Menyadari apa yang terjadi, paniklah gue.

“PANGGIL BENGKEL! SEKARANG JUGA PANGGIL BENGKEL!!!” Sesaat terbayang kalau UGe adalah manusia, maka pipi di wajah tampan kekasih gue ini telah rusak melepuh akibat malpraktik dokter gadungan sok tau.

 

Untunglah pertolongan cepat datang. Kata sang montir, terlambat sedikit saja cat tersebut akan menempel permanen pada pintu mobil. Tak ada obat apapun yang bisa menghapuskannya. Gue terpaksa harus mengoperasi plastic total si UGe: mengecat baru seluruh mobil.

 

Ketika gue menceritakan nasib naas yang dialami UGe pada teman kantor dan semua teman-teman yang lain, mereka mengerjap tak percaya. Berusaha mencerna cerita gue lebih baik, takut salah dengar atau salah paham. Lalu respon selanjutnya adalah: Kok bisa sih?! Loe marah dong?!

 

Gue Cuma bisa mengangkat bahu. UGe sudah jadi bagian penting dari hidupku. Tapi inilah hansip yang menggunakan shampoo mobil untuk mengepel. Lalu mencuci mobil kakak gue dengan sabun colek B-29 sampai busanya banyak, menggosok dengan metode cuci panci dan diakhiri dengan mengguratkan huruf V di sisi mobil dengan telunjuk, bak iklan sunlight, sambil berkata, “Kesat kan?”

 

Ini jugalah hansip yang mencabut rumput Jepang kesayangan bokap hingga halaman rumah gue botak karena disuruh ‘mencabut rumput liar’. Setiap hari, ada saja pembicaraan dan perbuatan ala tawa sutra yang jika diceritakan bisa menjadi sebuah blog yang berdiri sendiri.

 

Mau marah rasanya rugi. Pak Hansip tak pernah bermaksud jahat. Beliau hanya ingin membantu, mengabdi pada majikan, dan  berinisatif dilandasi rasa cinta yang penuh terhadap benda yang berarti bagi keluarga gue. Namun sayang perbuatan niat baik itu terpentok akal pikiran dan logika yang terbatas. Akhirnya hanya bisa mengambil hikmahnya…Ngobrol dengan orang semacam Pak Hansip membuat gue merasa pintar…

 

Jadi, moral of the story:

  1. Pendidikan itu penting. Yang meragukan kegunaan sekolah bakal gue gampar. Belum aja merasakan mobil seumur jagungnya dicat belang. Biarpun sejarah, geografi, fisika itu tak berguna, setidaknya bisa melatih kemampuan nalar dan berlogika. Semacam: Shampo mobil itu untuk mobil, sabun colek untuk pakaian.
  2. Gizi juga penting.
  3. Hati nurani harus diimbangi akal sehat. Sekarang banyak caleg yang menjual hati nurani, katanya tukang becak yang ga lulus SMP, yang penting bersih dan jujur. Zaenudin sang hansip juga bersih dan jujur. Tak pernah mencuri, menyatut atau ngemplang hutang. Tapi gue ga bisa membayangkan dia jadi wakil rakyat. Cukup mobilku saja, (dan rumput jepang bokap, dan mobil kakak gue, dan lain sebagainya) yang jadi saksi bisu fatalnya tindakan hanya berdasarkan nurani.

Dan satu lagi,  Larangan dibuat kadang ada maknanya. Tulisan ‘Dilarang Parkir di Depan Pintu’ di depan rumah gue sebaiknya dipatuhi, mau pas balik mobilnya sudah ganti warna?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *