Move on ke Putaran Kedua Pilgub

Saya mau nulis serius. Iya tahu, saya jarang nulis politik, apalagi yang serius-serius. Habisnya baru kali ini jagoan saya gagal. Belum kalah sih, tapi kita semua tahu ramalannya gimana kalau pilgub jadi dua putaran. Terbukti ketika Antasari buka mulut, suara paslon 1 turun, tapi pindahnya ke paslon 3. Kebayang kan putaran dua kayak apa?

 

Tadinya saya mau misuh-misuh pedes kayak perempuan baru diputusin. Tapi nanti blog ini hanya akan jadi rangkuman dari rentetan keluh kesah ribuan chat di 10 whatsapp group saya. Let me do what I can do best: MOVE ON. Ini yang menurut saya sebagai pendukung Badja, jadi langkah move on ke putaran ke dua!

1.            Stop Salah-Salahan

Hasil quick count saat ini memang tidak sesuai dengan cita-cita dan mimpi besar kita bersama. Dan saat mimpi tidak tercapai, pertanyaan yang muncul adalah ‘salahnya di mana?’. Tentu sebisa mungkin tempatnya bukan di diri sendiri. Saya bisa saja merapel semua kecurangan, mulai dari daftar dps yang ngawur terutama di JakBar dan JakUt, petugas yang terkesan menghalang-halangi, hingga para saksi yang kurang greget. Tapi kenyataannya, tanggung jawab pemenangan ada di pundak setiap pendukung.

 

Termasuk saya, yang biar kata sok-sok an jadi relawan, juga bersalah. Saya cuek aja akan tetangga-tentangga saya; yang penting saya milih. Maksudnya, Kelapa Gading gitu loh.. saya pake polo shirt hitam ke TPS aja langsung diplototin. Saya yakin kalau ada satu suara untuk pasangan yang suka pake item-item itu, rumah saya bakal disantronin warga. Tapi kenyataannya, di sebuah apartemen di Kelapa Gadinglah terjadi insiden 40 warganya tidak dapat memilih. Seandainya saya lebih peduli, nanya ke temen SD saya, nanya ke KPU, apa mungkin 40 suara ini bisa terselamatkan?

 

Stop bilang salah sendiri kenapa nggak ngecek di DPS! Banyak temen-temen yang kecele, dikira asal bawa KTP+ KK pasti bisa nyoblos biarpun gak masuk daftar. Nah tapi itulah fungsinya pembelajaran. Yuk, sekarang semua jadi relawan. Untuk putaran kedua ini, pastikan Oom, Tante, Engkong, pembantu, kuli bangunan, dan orang-orang di sekitar kita terdaftar, dan dapat C6. Edukasi teman-teman, keluarga serta tetangga kanan-kirinya.

 

Yang jadi relawan berarti juga harus lebih lagi usahanya. Coba cari daftar TPS bermasalah di putaran 1 ini. Santronin, kejerin C6nya, bantuin temen-temen di situ yang nggak mudheng. Biarpun mereka cuma sekadar ga peduli karena sibuk ma kerjaannya, bodoamat, we need their vote!

 

2.            Atur Strategi Baru

Ini kritik dan mungkin bikin banyak relawan yang udah pontang-panting KZL. Saya merasa kegiatan kampanye relawan di putaran 1 lebih berfokus pada hip-hip hura. Ada dansa, ada bikin kaos.. Bagus-bagus sih, saya juga pake, tapi di putaran kedua ini, ayo fokus untuk memastikan mereka yang sudah teryakinkan, benar-benar bisa memilih!

 

Dari whatsapp group saya saja sudah ada 37 laporan TPS dengan daftar ngaco dan kekurangan surat suara. Per 1 TPS, ada sekitar 30-60 orang yang tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Coba, dari temen-temen saya aja berarti udah ada sekitar 1200an orang lebih yang terpaksa golput! Ini yang saya kenal beneran, padahal saya gak gaul-gaul amat. Belum lagi yang beneran golput.

 

Social media juga harus diperhatikan. 5 dari 7 postingan teman-teman saya yang dukung Paslon 2 isinya cemoohan terhadap program paslon yang lain. Iya sih, lucu-lucu banget.  Saya juga suka ketawa-ketawa sambil guling-guling membaca program yang gak masuk akal. But people still buy them! Percuma, postingan itu hanya untuk Ahokers yang memang sudah sangat setia.

 

Setidaknya, kalau kita punya 5 posting cemoohan, pastikan kita juga punya 30 posting lain yang sifatnya edukatif, menjelaskan bahwa surat cadangan hanya disediakan terbatas, bagaimana cara meminta c6, cara melaporkan kecurangan jika terjadi, dan lain sebagainya. Nanti yang baca milih apa terserah, siapa tahu jadi aksi simpatik. Yang lain nyinyir pake foto hoax ya biarin aja, kita beda, boleh kan?

 

3.            Bersatulah!

Saya tahu, temen-temen semangat semua dukung Ahok, sehingga menciptakan grup-grup relawan yang rupa-rupa warnanya dan sejujurnya sampai sekarang saya gak tau diferensiasinya apa.

 

Ketika tadi ada info kecurangan, saya keder mau bilang ke siapa dan prosedurnya gimana. Saya gak kenal relawan di Jakbar dan gak ada juga yang ngasi tau. Setelah tau, udah jam 2 siang, relawannya juga udah keder karena laporan terbanyak di area Jakbar. Lempar sana lempar sini, suru lapor ke PDIP, suru lapor ke teman ahok, toh akhirnya, papihnya temen saya tetep gak bisa milih. 1 suara yang sudah setengah mati diperjuangkan.

 

Yuk konsolidasi! Saran saya, buatlah satu hub untuk semua laporan. Bisa di website ahokdjarot gak apa, yang penting, semua bisa akses, bisa masukkan laporan kecurangan, dan yang lain bisa lihat. Satu data, terkonsolidasi, resmi, formal, dan bisa dengan mudah di-follow up hingga ke Bawaslu. Kalau nyebar dari satu whatsapp group ke yang lain, kita jadi nggak tau siapa yang denger pertama kali. Takutnya dimanfaatkan pihak lain dan malah jadi laporan hoax.

 

Setelah itu, berdasarkan data ini, setiap ketua relawan harus ketemu untuk konsolidasi. Bagi-bagi tugas, bagi-bagi area kerja, kenalan dan punya kontak masing-masing. Lalu ketua ini yang bertugas menurunkan amanah ke masing-masing anggota, didaftar lagi aja, dibuat resmi, supaya mudah dan ada tanggung jawab masing-masing.

 

Partai juga harus dirangkul. Kita memang dukung Ahok dari jaman independen, tapi toh Ahok maju dari jalur partai. Mereka ini banyak jaringannya, sapa tau bisa disuruh jadi saksi yang lebih greget, gak kayak saksi sekarang yang macamnya takut digebukin orang. Mungkin mereka juga lebih galak ngejerin C6 dan mengangkat kasus ini ke publik. Baju boleh kotak-kotak, kelakuan jangan suka mengkotak-kotakan!

 

4.            Tetap semangat dan minum M*lo!

Saya rasa banyak temen-temen yang udah lemes sekarang, saya juga kok… Tapi saya inget, dulu saya suka mikir, itu pahlawan-pahlawan bangsa apa pada gak tau bakal kalah? Lawannya Belanda yang pake senjata cenggih gitu loh. Toh, itu tidak pernah membuat si pahlawan berhenti berjuang dan kalah Walk Out.

 

Karena yang penting adalah prosesnya. Ketika kita memperjuangkan sesuatu atau seseorang yang menurut kita benar, sudah merupakan kemenangan ketika kita berhasil memastikan prosesnya berjalan dengan maksimal, apapun hasilnya.

 

Demikianpun kali ini. Kalau jagoan saya menang, saya berharap kali ini saya gak kena tipu. Sumpah, dari pertama kali ikut pemilu, pilihan saya selalu berakhir jadi partai paling korup di akhir jabatan. Tapi saya gak pernah golput.

 

Kalau kalah, saya ingin memastikan saya kalah karena yang tidak sependapat sama saya memang lebih banyak, bukan karena prosesnya gak adil. Lagipula adalah sebuah kehormatan, sekalipun ternyata yang menang juga nipu. Sudah kemajuan bagi saya kalau gak ditipu sama jagoan sendiri.

 

Jadi, tetep semangat gaes, makan makanan bergizi, dan may the odds be ever in our favor!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *