Mulut Rambo Hati Rinto

KURANG DARI 1 hari setelah gue mengumumkan gue diputuskan oleh mantan pacar gue setelah 4,5 tahun, teman-teman gue mengirimkan belasan memes yang berkaitan dengan becandaan patah hati. Beberapa dibuat baru, segar dan original. Beberapa, dicopas dari postingan Path lama gue. Senjata makan tuan.

Gue membayangkan iblis yang baru dilepas dari neraka di bulan ketujuh penanggalan Cina untuk membalaskan dendam di bumi. Segala becandaan, baik yang lucu maupun yang tidak lucu dilemparkan ke gue secara publik.

Gue nggak punya opsi. Mau ngambek ke mana gue? After all, merekalah a bunch of mean people yang bisa tahan dengan segala kekejaman yang gue lontarkan. Gue, mungkin adalah yang terkejam dari antara mereka semua.

Gue orang jahat. Gue bahkan tidak akan mencoba menutupi. Semua orang yang pernah dekat dengan gue tahu betapa kejam dan kejinya mulut gue itu. Gue minim empati, berjiwa sosial rendah, suka menyiksa binatang, tidak suka anak kecil.

Elmyra, begitu panggilan gue di kantor. A cold, heartless bitch, begitu teman SMA men-tagline-i gue. Singa bermulut besar yang jahat, itu predikat yang tidak pernah hilang hingga sekarang. Dikatai anak setan di kantor tidak membuat gue murung. Gue aduin ke nyokap loh!

Dalam setiap kesempatan, gue tidak ragu menggunakan mulut golok gue untuk mengorek-ngorek luka lama maupun baru. Gue berpuluh-puluh kali menggunakan cerita teman sendiri sebagai materi blog.

Ratusan kali ngomongin orang di depan orangnya, dengan nada, “ya salah sendiri! Lagian oon banget sih! Emang kalau orang jatuh cinta itu jadi goblok gitu ya…” Bagi gue, daripada gue jadi hepatitis gara-gara makan ati, mendingan gue ungkapkan sekaligus. Mending orang lain yang sakit daripada gue.

Kalau dimasukkin ati, sudah tentu setiap orang yang pernah ngomong sama gue sekali, nggak bakal mau ketemu gue lagi. Anehnya, ada sekelompok yang masokis. Kami lalu berkumpul membuat grup bersama. Grup yang anggotanya sadar mereka diomongin depan belakang dengan anggota lain, tapi tetep seneng ngomongin yang lainnya lagi.

Grup disfungsi ini membuat gue sadar bahwa gue mungkin nggak cocok dengan banyak orang tapi, there’s always someone for everyone, bahkan untuk orang-orang paling menyebalkan di dunia sekalipun.

Gue terkadang kagum dengan beberapa orang. Biarpun mulutnya kayak perempuan, suka ngegosip dan suka memfitnah, tapi dia tetap punya anak dan istri. Gue nggak kebayang nasib istrinya.

Maksudnya, perempuan dan lelaki kan diciptakan berpasang-pasangan. Kalau pasangannya mirip dengan gender sejenis, ngapain dinikahin ya kan? Tapi meski temen-temen sendirinya aja nggak ada yang tahan, rumah tangganya tetap harmonis. Mereka saling mencintai dan memiliki.

Ada juga yang punya suami sejak dari pacaran selalu melarang istri (pacar saat itu) untuk pergi ke luar rumah jika tidak didampingi anggota keluarga inti atau pacarnya sendiri. Padahal yang lelaki dugem dan berkeliaran bebas tanpa sang istri (pacar saat itu). Namun sang istri begitu memuja suaminya, hingga akhirnya MENIKAHINYA.

Gue sempat pesimis dan sejujurnya, ngeri dengan pasangan ini. Punya pacar yang melarang gue pake rok mini aja langsung gue putusin. Tetapi pernikahan mereka kini telah memasuki tahun kelima. Dilihat dari foto-fotonya sih kelihatannya bahagia. 

Dari semua observasi terhadap lingkungan dan diri, gue menyadari, sebenarnya sakit hati pada teman dan sesama tidak perlu terjadi, selama gue memahami prinsip there’s always someone for somebody ini.
Dalam hidup, gue akan ketemu dengan orang-orang yang nggak bisa gue tahan itu. Loe mungkin juga bakal ketemu gue atau teman-teman gue yang jahat. Dan saat itu terjadi, ingatlah, life is free!

Gue nggak perlu mencocok-cocokkan diri gue dengan orang yang senga tak tertahankan itu. Loe juga nggak perlu berusaha menabahkan diri. Just run for your life. 

Gue puluhan kali membuat mantan pacar sakit hati dengan celetukan nyinyir.  Gue suka lupa lelaki itu suka dielus-elus egonya. Dibilang hebat biarpun biasa aja. Dibilang benar biarpun keliru. Karena takut menjomblo (lagi), gue lalu minta maaf, menjilat ludah sendiri dan tersenyum manis.

Tapi sebenarnya gue hanya menjadi gue yang penuh kejujuran dan kritik terbuka. Ketika gue harus menahannya, gue merasa mual-mual karena merasa jadi orang yang palsu, lalu uring-uringan macam PMS tanpa henti.  Gara-gara merasa perlu berubah, gue menjelma jadi setan yang lebih menakutkan lagi.

Gue dan mungkin orang-orang yang gue temui sudah memasuki usia di mana kami sudah gede dan tidak bisa berubah lagi. So don’t try to change anything, either you or someone else! Yang penting adalah to know your limit. Know what you can accept and what you cannot. 

Kalau ada yang merasa nggak tahan dengan becandaan kami yang kejam, by all means, never act tough. Ia hanya akan berakhir bunuh diri sia-sia, dengan gue yang hanya akan mengangkat bahu, ‘digituan aja bunuh diri…’

Mencoba bertahan, atau mencoba mengubah sesuatu hanya akan berakhir pada kekecewaan yang mendalam dan sakit hati permanen pada kedua belah pihak. Jangan repot-repot. Nggak cocok temenan sama gue? Pasti ada temen lain yang cocok!

Dan kalau gue sudah berada in that shitty relationship, gue juga harus siap dengan segala konsekuensinya. Gue tahu banget, gue bakal dibully kalau friendshit gue tahu gue diputusin.

Makanya, begitu putus gue nggak langsung cerita. Gue tahu gue nggak bakal kuat diceng-ceng-in. Gue bisa nangis. Iman goyah. Ngancem bunuh diri. Terus malah makin didorong-dorong dari pinggir balkon apartemen.

Baru setelah gue siap, gue umumkan. Menerima semua meme dengan lapang dada. Sambil menanti momen lain, di mana akan datang kesempatannya gue gantian membully mereka. Nothing last forever you know... HAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAAA…

Tentu saja, gue paham. Gue nggak bisa meminta semua orang untuk tidak sakit hati. Namanya juga perasaan. Kalau lagi sensi ya sensi. Gue yakin temen gue yang dipinggit dari masa kuliah itu pernah punya keinginan untuk pergi lari-lari sendiri. Atau empet denger ocehan suaminya. Gue yakin. Kecuali mereka dewi Kwan Im.

Tapi knowing that there’s always someone for somebody, and it’s your choice, gue sadar bahwa sejahat apapun seseorang, selalu ada sisi baik yang selalu cukup menarik untuk menahan seseorang. Sisi yang membuat gue bisa menerima kekurangan orang lain.

Dalam kasus gue, it’s the good friend helps you out when you are drunk, but great friends will take pictures and laugh at it the next day. Gue tahu sejahat apapun mereka (atau gue), seberapapun gue hanya akan menyoraki kalau ada yang masuk jurang, I never meant evil. And I’ll always stand by my friends to face common enemy. 

Karena they are the proof. Meskipun belum ada laki-laki yang tahan dengan mulut jahat gue sejauh ini, meskipun pepatah there’s always somebody for everyone belum terbukti secara individual, gue punya sekelompok orang yang rela mengumpulkan meme di hari tersibuk mereka, when I need them.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *