Mutilasi Seksis

It was just another day… di komplek apartemen kami, di mana para tetangga mencoba bergosip bersosialisasi sambil mengakali aturan social distance yang diterapkan. Apalagi saat itu, ada kejadian luar biasa. Seorang tetangga kami tewas termutilasi, meskipun kejadiannya bukan di apartemen kami. Iya, kasus yang itu..

Gunjingan bergulir.

“Padahal ya, dia tuh kalau bawa cewe cantik-cantik, orientalis manis gitu, ehhh sekali-kalinya bawa-bawa mbateng, langsung kena mutilasi!” ujar seorang.

“Ya tapi kan it could happen to anyone of us, I mean, kita semua maen tinder gak sih? Berapa loe kena zonk pas ketemu ga kayak foto… Makanya, nyari tuh yang deket-deket aja, sekitar-kitar kita aja nih, kaek gue, I might be crazy, but I don’t kill!” gue mengimbuhi.

“Gy, Cina Cantik, bukan Cina Aja!” yang lain melirik tajam.

 

Pergunjingan semakin menghangat.

“Duu padahal dia tuh laki-laki soleh loh! Kok bisa-bisanya sih,” tetangga A mendesah sesal.

“Nggak ada laki-laki soleh bawa cewe baru kenal nginep di apartemen,” gue menimpali.

“Ya tapi kayaknya emang nggak bener aja cewenya, kayaknya emang bakat psycho deh, nih ya berdasarkan kartunya, dia tuh emang turunan sadis” ujar tetangga B yang lagi asik-asiknya belajar tarot.

 

Dan seperti alur yang sudah ditetapkan, pembicaraan mulai mengarah ke pada pengadilan karakter sang perempuan pelaku. Yang pelakor… yang bakat sadis…yang dari desa… 

 

“Gue rasa cewenya dipelet deh,” gue tiba-tiba mencetus sebuah teori.

Hah gimana? Cowonya? Tetangga kita yang dipelet?”
“Bukan cewenya, yang pelakunya, si LAS!

 

“Gini deh, menurut loe masuk akal ga, nih perempuan, kuliah bener, sempet kerja juga, tau-tau mau-maunya sama kang ojeque yang udah punya istri terus demi membiayai hidup bersama si kang ojeque dia membunuh calon pacar baru yang ganteng dan kerjanya OK?” Gue mengambil kesempatan menjabarkan teori konspirasi wahyudi gue.

 

“Maksudnya, kalau itu kejadian sama GUE deh, temen loe, tiba-tiba kawin siri lari sama lelaki ga seberapa yang udah punya anak istri, terus ada cowo lain ganteng kaya raya deketin gue malah gue bunuh, loe ga bawa gue langsung ke dukun buat eksorsime? Pasti ada yang salah kan!”

 

“Gue bawa loe ke kantor polisi lah Gy, apa maksud loe!” cetus tetangga B tega. Tapi kemudian ia manggut-manggut. “Bener sih, coba-coba cari deh tanggal lahirnya si pelaku cowo berapa, gue jadi penasaran pengen liat tarot!”

“Gak bakal ketemu, ga ada!” gue tandas menjawab.

“Masa sih, kok gitu sih?” ujar tetangga B tak percaya, sambil browsing, dan menemukan sebuah kondisi yang ingin gue buktikan saat itu.

 

No, by all means, gue tidak bermaksud membela siapapun dalam kasus ini. Ini kasus pidana men, ada orang kehilangan hak hidupnya. Tapi gue mau menyoroti betapa seksisnya pemberitaan media di Indonesia dalam kasus mutilasi ini.

 

Coba search berita tentang Laeli Atik Suprihatin. Keluar 6220 pencarian.

Sekarang search berita tentang Djumadil Al Fajr. Keluar 550 hasil. Itupun di baris pertama gue dipertanyakan, apakah mencari Jumadil bukan Djumadil? Dan sebagian besar adalah berita terkait LAS.

 

Padahal, yang mutilasi kan berdua… Yang merencakanan pembunuhan kan berdua.. yang nusuk-nusuk pake gunting sampe berdarah kan yang cowo. Lantas mengapa semua berita seolah berat pada pelaku perempuan? Seolah-olah yang jahat dan brengsek adalah perempuan, sedangkan yang laki cuma ikut-ikutan aja sambil main meni-pedi?

 

Nampaknya lebih asik, lebih seru, lebih clickbait, kalau membahas soal perempuan perebut laki orang. Wooiii… yang direbut itu pembunuh sadis… kalau gue jadi bininya tentu gue akan sujud syukur pada suatu masa lelaki itu direbut daripadaku. 

 

Lebih mengundang viral, jika yang digoreng adalah soal perempuan dengan latar belakang begitu gemilang tiba-tiba jatuh ke jurang nista dengan melakukan seks di luar nikah dengan pria yang baru dikenal di Tinder, untuk kemudian membunuhnya demi uang.

 

Akibatnya, ada jauhhhh lebih banyak pemberitaan tentang pelaku perempuan, dikulik sampe dalem-dalemnya, temen FB-nya siapa, yang plonco siapa pas kuliah, nilai rapornya berapa, udah ngeblog berapa lama, dibandingkan informasi tentang pelaku lelaki, yang identitasnya tetap rapi tersembunyi hingga tanggal lahirnya.

 

Namun yang paling menyedihkan, adalah bagaimana kita, the mass, fall for it. Mengikuti agenda seksisme yang digurat media, dan ikut menyumpahi LAS serta tidak kritis terhadap DAF. Bahkan kita yang perempuan. Ikut-ikutan menghakimi, tanpa peduli apa yang sebenarnya terjadi padanya. Terlepas akan siapa korbannya, perempuan Indonesia juga ikut termutilasi, dalam kasus berita mutilasi ini.

 

Balik lagi ke pinggir kolam, gue tiba-tiba punya pertanyaan mendesak. Maklum, ini bukan apartemen pertama yang gue tinggali dengan kasus pembunuhan. “Bruh, kalau ada orang, tinggal di sini, meninggalnya di apartemen B, trus dimutilasinya di apartemen C, arwahnya kalau gak tenang gentayangan di mana, dong?”

 

Tetangga A terdiam sesaat, lalu menjawab gantung, “Gak tau ya, gue jarang denger hantu lelaki sih, biasanya yang gentayangan tuh perempuan… jadi gue gak bisa ngebayangin!”

Yahh.. di alam nyata maupun alam roh, kita memang selalu seksis…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *