Hari ini gue menghadiri reuni PPBA. Dan terutama untuk temanku, sesama alumni PPBA, gue akan me-recap dengan bangga…PERSATUAN PACARAN BEDA AGAMA-BACKSTREET (PPBA-bs)!
Sejarah PPBA
Benih PPBA sebenarnya muncul sekitar tujuh tahun yang lalu, ketika saya menghadiri dialog antar agama & ras. Yang tercantol bukan Cuma pesan saling menghormati dan saling memahami antar umat beragama, tapi juga seorang lawan diskusi, pria dari agama lain. Dengan begitu kami menjadi contoh konkret kerjasama dan saling mencintai antar umat beragama. Sayangnya, niat baik tersebut pupus dalam hitungan minggu. PPBA kemudian benar-benar didirikan ketika gue masuk dalam hubungan serupa di tahun 2004 dan mulai secara aktif merekrut rekan-rekan yang kebetulan dekat dengan umat beragama lain untuk bergabung di PPBA dengan meresmikan hubungan mereka. Niat awal adalah agar saya tidak lagi sendirian dalam menjalani hubungan yang sulit tersebut dan mendapat fasilitas menipu orang tua dari anggota lain.
Banyak dari anggota-anggota pertama masa itu tertarik dengan slogan, “Beda agama itu baru menjadi masalah ketika akan menikah” dan “Selagi muda, jangan batasi dirimu dengan pengkotak-kotakan yang sempit!” Seiring waktu, semakin banyak partisan PPBA, mungkin karena sebagai anggota, jadi cepat me-notice hal ini.
Tujuan & Kegiatan PPBA
PPBA didirikan sebagai wadah solidaritas insan-insan yang terjerat hubungan beda agama dan terpaksa harus menjalani backstreet back allright! karena hubungan semacam ini tentunya membutuhkan teknik khusus juga kekuatan batin.
Dalam PPBA kami saling berbagi teknik berbohong yang baik, termasuk teknik mengarang scenario ketika akan bertemu pacar terlarang, teknik mengeles ketika hampir ketahuan, dan teknik memberi alasan ketika tertangkap basah. PPBA memegang prinsip SEBISA MUNGKIN TIDAK BOHONG TAPI JANGAN JUJUR dalam membual, mengurangi kemungkinan keceplosan dengan 85% dengan memberikan detail yang jujur dan mudah diingat. Satu-satunya bagian yang tidak jujur adalah dengan siapa kami pergi…
Sepanjang pengalaman, bergabung dengan PPBA telah melatih daya kreativitas dan imajinasi gue, kemampuan mengarang, komunikasi verbal dan non verbal, bakat acting dan juga ketahanan mental. PPBA juga merangsang kecepatan berpikir dan konsentrasi. Setiap hari selama 2 tahun, jika pecandu narkoba sibuk berpikir barang apa yang bisa dijual hari ini, gue memutar otak untuk kebohongan apa lagi yang bisa digunakan hari ini. Dan setelah itu, daya ingat juga diasah agar bisa mengingat bohong 2 minggu yang lalu yang tentunya berbeda dengan bohong 3 hari yang lalu.
Keanggotaan PPBA
Keanggotaan terbuka bagi siapa saja tanpa peduli agama dan ras karena kami memegang teguh prinsip toleransi. Para anggota diharapkan saling mendukung dalam hal bohong membohong. Keanggotaan habis ketika hubungan berakhir dan hingga saat ini belum ada anggota yang sudah keluar memutuskan untuk bergabung kembali.
Alumni PPBA
Alumni PPBA, termasuk saya, dihimbau untuk turut aktif memberi sharing dan wejangan kepada anggota yang tersisa. Reuni alumni PPBA seperti yang baru saja saya hadiri biasanya berisi celaan dan tekanan untuk masuk ke organisasi baru saya, PMBA (Persatuan Mantan Beda Agama). Ya, karena sekarang saya sudah tidak PBA, saya menghimbau anggota PPBA untuk keluar, agar kita dapat kembali bersatu dalam kebersamaan kejombloan yang mengharukan.
Materi kuliah berkisar dengan: “Hari gini ya…masih saja pacaran beda agama…kapan kawinnya…bukan agama yang jadi masalah, tapi ke arah beban moril kepada orang tua. Kita dididik dan dibesarkan hingga seperti sekarang ini…jika tidak ada orang tua, belum tentu kita berkesempatan bertemu DIA…tapi akhirnya, itu malah jadi senjata kita melawan orang tua…bukan karena orang tua itu pasti benar…tapi yah…kadang cinta itu tanpa syarat…tapi tentunya, sebagai generasi penerus PPBA…Anda berhak mengukur, apa yang terbaik bagi Anda dan keluarga.” Tentunya dibumbui dengan menerawang jauh, geleng-geleng kepala dan diakhiri dengan senyum bijak ala Ketua Rukun Tani.
Alumni PPBA juga bermaksud meminta maaf sebesar-besarnya kepada para orang tua. Menjadi durhaka bukanlah kesengajaan….Kami ini Cuma penuh gejolak kawula muda….sungguhpun kepentok akan menyesal juga.
Ps: Brief PPBA dipersembahkan untuk temanku, rekan alumni PPBA itu, agar bisa seenggak-enggaknya tersenyum kecil. Because I miss your laugh, and those bright brimming eyes…Had I knew you would lose half of your soul once you ‘left’ PPBA, I wouldn’t have gotten you into it…Semoga kaw teringat sgala kenekadan dan kekonyolan manouver tingkat tinggi jumpalitan back street yang kita lalui bersama…and be able to laugh on it, selepas-lepasnya…