Rasis dalam kasih

Prime time, acara Take Him Out Indonesia

Mamih: Yang Sunda pasti dimatiin!

Margie: Kenapa gitu? Ganteng kok!

Mamih: Soalnya dari awal yang cewe uda bilang, dia Kristiani. Tuuu…Tuuu..kan! Dimatiin kan!

Margie: Enggak kok, yee..malah dia yang dipilih!

Mamih: Mukanya memang cocok sih, mirip, kayak jodoh.

Margie: kok bisa jodoh? Katanya Sunda?

Mamih: Yee! kan Mamih cuma komentarin mukanya doang jodoh! Perkara ntar kawin kek, ntar ga boleh sama orang tuanya kek, mana mami tau!

Margie: …

Mamih: Apalagi Cina sama Padang!

Margie: Kalau mukanya mirip?

Seminggu setelah pulang dari Shanghai, kami kembali goler-goler di kasur, menonton Take Him Out sambil memberi komentar penuh stereotipe. Seperti yang selalu kami lakukan semisal di pagi hari sebelum kerja.

Mamih: Tumben banget kamu mau jemput cowo.

Margie: Nggak papa lah mam, sekalian… kita kan harus saling tolong menolong. Sekarang giliran dia, nanti juga dateng giliranku, misalnya besok ada liputan 3 hari berturut-turut, bisa nebeng

Mamih: Emang dia pergi?

Margie: Hoho! Pergi. Sudah dipastikan.

Mamih: Hooo! Pantesan aja mau jemput! Uda ada itung-itungannya!

Margie: Jelas doong…Mana bisa lulus NTU kalau kemampuan matematis tidak istimewa!

Mamih: Dasar Arab!

Margie: Kok Arab si? Jelas-jelas Cina…

Mamih: Dasar Cina kalau gitu!

Seandainya pembicaraan ibu dan anak ini terjadi di luar rumah, mungkin akan terjadi kerusuhan dunia-akhirat.  Para Sunda bakal tersinggung dibilang nggak terpilih Take Him out. Para Padang juga akan keberatan dibawa-bawa. Sedangkan di akhirat, para nenek moyang Cina dan Arab juga bertikai atas motif lain. Mereka mungkin sedang berselisih akan siapa yang menurunkan sifat curang pada gue.

Turunan gue tuh…

Enak aja! Turunan gue kali!

Gue memang sering dicurigai sebagai provokator rasis pembawa kerusuhan, terbiasa membawa suku per-suku dalam perbincangan, bahkan menjadikannya becandaan tanpa ketakutan menyinggung.

Padahal, katanya We don’t talk about race and religion in public.  Apalagi kalau mengangkat stereotipe negatif yang berkembang dalam masyarakat. Dampaknya bisa tidak terperikan! Bisa menimbulkan friksi sosial dan kerusuhan seperti Tragedi Mei 98.

Kenapa? KARENA INI TABU, MEMBUAT TERSINGGUNG, BISA MENIMBULKAN PERPECAHAN! Kenapa begitu? LOE MAU KERUSUHAN LAGI YA? INI BAHAYA TAUUU!

 

Pernah satu kali isu ras membahas ras ini diangkat jadi topik diskusi di sekolah. Semua siswa menyuarakan satu pendapat: Bahwa pembicaraan soal ras dan agama sebaiknya dihindari di lingkungan ketetanggaan, dialog antar etnis dilarang, karena menekankan perbedaan hanya akan berbuah pertengkaran. Silaturahmi antar etnis hanya bisa diakomodir sebatas National Day Parade, dimana para warga memakai kebaya atau sari dan melambaikan tangan lalu makan nasi lemak.

 

Saat itu, sebagai, lagi-lagi, satu-satunya antagonis, gue mempertanyakan, Apakah kerusuhan terjadi karena antar suku membicarakan stereotipe secara frontal, atau…justru karena sterotipe itu terus dipendam tapi tidak berani diklarifikasi, memupuk kebencian hingga akhirnya DUARRR! Meletus dan memakan korban?

 

Sebagai turunan Cina-Betawi (plus Arab) berpadu dengan Cina-Jawa, gue terbiasa mendengar isu sara jadi obrolan dapur. Gue besar dengan mendengar kisah Engkong yang berpesan sebelum meninggal agar Emak tidak ganti-ganti agama.

 

Alasannya, surga direpresentasikan secara berbeda dalam tiap agama. Dalam surga Engkong, orang beragama Emak tidak diterima, demikian sebaliknya. Maka Emak jangan beda agama, takut surganya beda dan tidak ketemu lagi di akhirat.

 

Emak tidak tersinggung. Namun seingat gue, di akhir hidupnya berpindah menjadi seorang Kristen. Mungkin karena banyak anaknya pada masa itu sudah beragama Kristen, jadi setidaknya Emak punya banyak teman nanti. Yang jelas, Engkong mengangkat topik sensitif (karena semua orang mau masuk surga), tapi Emak malah ketawa. Pun juga tidak mempengaruhi pilihannya.

 

Dan semua kisah itu telah menjadi saksi bagaimana orang dari etnisitas yang bersaing sengit di belahan dunia saling rukun dan mencintai.  Tapi gue tidak ngotot. Siapalah gue memberi proporsi lain soal bagaimana hidup antar etnis diselaraskan? Negara gue saja warganya bolak-balik saling bakar!

 

Teman sekelas juga tidak ada yang terlalu pusing untuk menjawab.  Dengan undang-undang ketat yang memenjarakan penyebut suku-per suku dalam konteks umum, Singapura sudah bersih kerusuhan sejak 1965, membuktikan efektivitas meredam isu ras dalam menjaga hidup harmonis antar etnis.

 

Tidak naïf, sebelum ada keakraban, harus ada proses mengenal yang penuh dengan kerusuhan. Gue pun pernah menjadi saksi bagaimana sebuah dialog antar agama berbuntut  kericuhan ketika pelbagai stereotipe dikonfrontasikan secara terbuka pada etnis masing-masing. Tuduhan Cina ga mau berbaur langsung gue sambar dengan sapaan Heh, bengkok! Menyusul pergumulan sengit hingga harus dilerai.

 

Gue harus menarik napas panjang dulu sebelum menjawab pertanyaan teman sekamar bukankah orang Katolik penyembah berhala? Demikian rekan satu tim harus menarik napas panjang menerima gerutuan gue saat beliau menolak memegang tangan bukan mukhrim guna membuat simpul dalam sebuah permainan simulasi. Barulah setelah beberapa hari berantem, rukunlah kami semua, dan pria bengkok tersebut bisa gue bawa pulang.

 

Gue tidak akan mengikari keberadaan becandaan-becandaan rasis yang dilandasi atas asas kebencian. Tapi people do talk about race. Buktinya, banyak stereotipe semakin menguat dan berkembang biak. Jika tidak pernah diomongin dalam sebuah lingkungan, jika bukti-bukti kecurigaan yang kebetulan jadi benar itu tidak diangkat menjadi kesaksian yang diwartakan, mana bisa menjadi mitos masyarakat yang kukuh bima?

 

Di saat gue menonton Take Him Out, gue bertanya-tanya, ada berapa banyak pemirsa yang punya perbincangan mirip dengan yang gue lakoni di rumah? Gue berani pasang taruhan, tidak ada satu keluarga pun yang tidak pernah menyebut segala etnis dengan segala kecurigaan yang berkembang terhadapnya.

 

Hanya saja seluruh dunia tersebut punya kesepakatan untuk tetap menjaganya sebagai sebuah rahasia. Maka pergunjungan  hanya diadakan di lingkungan yang ‘aman. Yang berarti: yang mendengar cukup dipercaya, bukan dari suku yang jadi topik, berlatar belakang budaya sama, atau setidaknya, sama-sama pernah kena tipu oleh suku yang bersangkutan.

 

Berstereotipe tidak bisa dihindari, kecuali bagi mereka yang telah berinteraksi dengan seluruh suku di muka bumi. Yang perlu disadari adalah berstereotipe tanpa menjadi rasis. Berstereotipe adalah sifat dasar manusia. bukan yang membanggakan tapi tak bisa dihindari. Sedangkan menjadi rasis adalah membenci seseorang karena stereotipe yang ada, dan bertindak atas dasar kebencian itu.

 

Jika berstereotipe menjadi suatu hal yang ’akrab, yang selalu dikonfrontir kebenaran dan kesalahannya, ketersinggungan dan sgala perasaan yang menuju pada kebencian mungkin tidak tumbuh.

 

Kenyataannya, justru orang-orang dari etnisitas yang bersangkutan yang tidak punya masalah sama sekali jika isu ras diangkat. Manusia bisa bercanda dan bicara santai karena mereka akrab. Karena masing-masing saling mengenal hinggga tahu batasan.

 

Saat di Cina, pak supir sibuk berdebat dengan guide tentang siapa yang paling Cina dalam keluarga kami. Sambil menunjuk sifat, raut wajah dan pemahaman yang ada, mereka berdiskusi serius di mata keluarga. Gue berpikir, jika perdebatan ini terjadi di Indonesia, kami semua mungkin akan merasa tidak nyaman. Tapi karena ini Cina, dan gue Cina, ngomongin Cina jadi santai saja.

 

Justru karena sebuah komunitas begitu tertutup dan tidak mendapat kesempatan mengkonfrontasi semua praduga bersalah itu maka ada ketakutan untuk menyinggung, yang justru membiarkan prasangka semakin berkembang.

Jadi, janganlah kami sekeluarga dibenci karena kesukaan kami menunjuk suku per suku. Sungguh itu tidak didasari kebencian dan niat menciptakan kerusuhan. Meskipun nasi goreng di Cina enak dan H&M-nya murah, kami tetap lega bisa kembali ke tempat yang kami sebut tanah air dan tidak ingin diusir dari sini. Kami takut tak punya kesibukan di akhir pekan. Di Cina gak ada Take Him Out!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *