“Dok ini saya dikasi rangkaian perawatan dari Korea, kira-kira cocok nggak ya dipake?”
“Bentar, saya lihat dulu bahannya, siapa tahu sama, jadi numpuk,” ujar Bu Dokter Kulit mengambil sekelompok tabung-tabung kecil bewarna krem dan baby blue manis itu dari tangan gue.
Seperti biasa, di hari-hari sebelum pandemi itu, gue sedang menemui Bu Dokter untuk kontrol penyembuhan jerawat semuka yang melanda gue. Setiap 10 tahun sekali seperti rencana pembangunan jangka panjang, gue memang harus menghadapi badai jerawat. Letup-letup gendut meradang yang membuat muka gue yang sudah lebar itu bertambah ekstra minimal 15%.
Langganan gue adalah Bu Dokter di RSCM yang tidak suka meresepkan obat-obatan mahal. 20 ribu sudah dapat obat OTC yang bisa ditebus di apotek kesayangan Anda di manapun berada. Tentu bukan opsi yang bergengsi, termasuk bagi seorang teman yang merekomendasikan seven steps of beauty ala Korehe yang ia percayai sakses membuat wajahnya mulus bagai pualam. Emang bener sik dia mah emang cakep aja.
Sayang kalau tidak dipakai, guepun membawa satu set tabung tersebut untuk dibawa ke Bu Dokter. Siapa tahu bisa mendukung upaya obat jerawat rakyat jelata untuk elevasi kulit wajah gue. Biar naik kelas kayak mbak-mbak K-Pop.
Bu Dokter mengamati dua tube secara bergantian seperti lagi main mencari perbedaan. Ia menggumam-gumam beberapa bahan kimia yang tercantum dalam kemasan serta persentasenya. Setelah beberapa saat ia mengangkat muka dan memberi kesimpulan, “OK, sama isinya! Silakan dipake, tapi jangan barengan nanti jadi over. Pake yang dari Korea ini aja dulu ya, saya nggak usah kasi resep.”
OH TIDAKK SAYA MAU RESEP AJAA! Spontan gue langsung memprotes. Terbayang gue jadi harus pakai skincare berjuta-juta yang ternyata isinya setaraf paket obat muka yang bisa didapat seharga seratus ribu masih dapet kembalian.
Dan setahun setelah menggunakan obat-obatan yang diberi nama sesuai bahan aktif kimianya itu, gue kini tidak pernah mengalami masalah jerawat lagi. Bahkan bekasnya hilang sehilang-hilangnya. Nggak cakep-cakepnya perempuan sih tetep, tapi setidaknya muka gue kembali ke wujud asal.
Konon, semua perawatan kecantikan itu sama. Yang main ya bahan aktifnya, yang berapa persen gitu tertulis. Sisanya, ekstrak jojoba kek, ekstrak kembang sepatu kek, itu semua cuma nol koma nol-nol-nol-nol persen dari keseluruhan bahan yang ada dan karenanya tidak bisa memberikan efek drastis pada wajah.
Bahkan jika persentasenya 100 persen sekalipun, bahan-bahan alami itu tidak bisa memberikan hasil instan seperti si bahan kimia. Pelan-pelan mungkin, dalam jangka waktu satu periode kepemimpinan negara zamannya Pak Harto…
Sebuah fakta, yang gue endus ketika kami berwacana mengekspor si jeruk purut ke salah satu negara produsen perawatan kecantikan. Alangkah kagetnya, ketika ternyata importirnya satu perusahaan, padahal si ekstrak akan digunakan di empat merk yang berbeda, mulai yang dari skala lucu-lucuan ABG ngemall sampai skala jutawati tante-tante.
Ternyata, semua merk itu memproduksi lini kecantikannya di pabrik yang sama. Cuma perkara nanti jeruk purutnya ada yang 1%, 2%, atau 3%, tapi keseluruhan bahan aktifnya sama rasa sama rata. Perbedaan utama justru ada di kemasan, dekorasi toko, sama bintang iklan.
Demikian juga dengan bocoran dari temen deket yang kerja di pabrik produsen body lotion paling umum sedunia. Mau yang merk mbak-mbak, mau yang merk influencer Yutub, sebenarnya isinya ya dia-dia juga. Brand Positioning aja, karena sesungguhnya selebgram nggak mau pake yang sama dengan mbakteng, sedangkan mbakteng tetap butuh kualitas.
Hingga kini, jika ada yang bertanya tentang perawatan macam apa yang gue jalani, gue menjawab apa adanya. Si salep dengan dus pink terang menyerupai obat bengkak, si sunblock yang kemasannya suka penyok beli dari Olshop, dan obat cuci muka made in Tangerang. Satu-satunya yang mahal hanya AHA lotion buatan Ameriki, itupun, awet 6 bulan.
Seringkali semua itu dijawab dengan skeptisisme, kecurigaan bahwa gue sebenarnya menyembunyikan ritual perawatan yang tujuh lapis supaya tiada yang menandingi tampilanku yang B aja itu. Padahal, sungguh gue sudah bagikan segala rahasia Skinker-ku, because I ker!