Tak mau kalah sama pelacur

Saat itu seminggu sebelum launching buku gue yang pertama. Kepercayaan diri gue yang biasanya kelewat tinggi sedang menurun drastis.Pada masa yang jarang terjadi itu, gue berharap mendapat suntikan rasa PD, dengan beralih pada seorang teman yang punya rasa PD berlebih, Oknum R.

“Duhh..gue mau launching buku nih.. Ngeriii…”

Sedetik setelah menyatakan kerisauan gue, langsung timbul penyesalan dalam hati. Jika ingin mendapat suntikan moral, harusnya gue mencari orang yang minder. Orang minim PD akan melihat orang lain jauh lebih baik, dan demikian, jika orang tersebut ngobrol dengan gue, ia akan melihat gue jauh lebih baik.

 

Sedangkan saat ini,motivasi apa yang bisa gue dapat dari pria yang punya PD berlebih? Yang tak mampu memahami keraguan seseorang menerjang terjang, dan kurang punya empati terhadap persoalan yang bukan miliknya?

 

Kecurigaan gue terbukti. Oknum R yang juga masih pusing mengurusi rencana kabur ke Eropa, dan masih segar-segarnya sehabis membaca buku London Call Girl *yang tentunya tidak ada kaitannya dengan buku yang akan gue keluarkan*, langsung memberi komentar tanpa empati maupun simpati.

“Kenapa loe nggak PD sih, Mar? Belle du Jour aja yang pelacur berani nerbitin buku. Lha eloe yang kerjanya halal kenapa musti malu? Emang loe pelacur juga?” 

 

Dengan keki gue menerima komentar Oknum R sebagai  buah curhat satu-satunya. Selebihnya, trauma disamakan lagi dengan pelacur, gue memilih diam. Dan terpaksa, karena the show must go on, gue harus menggunakan ucapan Oknum R sebagai satu-satunya penyemangat gue. Membuat komentar yang tidak menjawab persoalan, dan tidak juga sopan itu menjadi hal filosofis yang menguatkan gue menjalani launch.

 

Beberapa bulan berlalu, buku kedua telah muncul, dan secara mengejutkan gue menemukan, kata-kata Oknum R itulah yang selalu terngiang saat gue kembali  minder akan karya yang dibuat. Mungkin gue sudah ikutan ber-PD berlebih sehingga bisa memahami alur pemikirannya.

 

Memang, *alhamdulilah* gue bukan, dan belum menjadi Belle du Jour. Tantangan pertama dan terutama Belle adalah karena dia pelacur. Karena jika buku ini beredar, ia akan mengungkapkan sisi hidupnya yang selama ini ditutupi dan dianggap negatif dalam masyarakat. Sedangkan keraguan gue berawal, justru karena gue bukan pelacur. Karena gue hanyalah anak perempuan biasa di tengah rimba Jakarta. Dan oleh karenanya, jika gue tidak menulis bagus bagus amat, apa lagi yang bisa gue jual? Punya hidup sekontroversial pelacur pun tidak!

 

Tapi ketidakpedean gue saat menerbitkan buku, dengan ketidakpedean Belle du Jour (jika ada), mungkin sama. Semua berawal dengan bagaimana gue dan Belle memandang diri kami masing-masing. Tentang bagaimana Belle menilai mata pencahariannya, dan bagaimana gue menilai kemampuan yang jadi mata pencaharian gue.

 

We don’t think highly of ourselves.Hidup milik sendiri selalu terasa lebih membosankan, lebih memalukan, dan pokoknya…kurang. Padahal,It’s all about mind over matter. Pikiran bisa mengendalikan kenyataan. You are what you think. If we think we’re the world’s greatest, we’ll act like one. And the rest of the world might believe that you are indeed the world’s greatest.

 

Reality is perceived. Mengutip kata Descartes, I think therefore I am. Jika segala hal yang tak pasti ada di dunia ini dieliminir, jika ternyata biru bukan biru dan batu hanya tipuan mata, maka yang tersisa hanya diri sendiri. Kenyataan bahwa kita memikirkan hal ini adalah bukti nyata kita ada. Satu-satunya yang membentuk kenyataan akan diri adalah pikiran gue.

 

Rasa tidak PD muncul saat gue tidak menganggap tinggi diri gue sendiri, yang menyebabkan gue bertingkah sebagai orang yang nggak penting, dan akhirnya tidak pernah dianggap orang. Padahal sesuai prinsip dagang;  jika mau jual diri, gue harus patok harga yang tinggi, bahkan di saat harga diri tidak setinggi itu…Jika sungguh ada yang nawar tinggi, asumsi itu hanya perlu dibawa ke dalam diri. Maka gue akan bertindak sesuai harga yang telah disepakati.

 

Dalam hal ini, Belle mungkin telah mengalahkan pemikiran yang mengalahkan dirinya. Belle menganggap penting pekerjaannya, menganggap pelacuran bukan profesi yang harus disembunyikan dan direndahkan. Maka ia meluncurkan buku-buku itu, dan sesaat setelah membaca, ia membuat gue berpikir, mungkin jadi pelacur bukan pekerjaan yang seharam itu…

 

Itulah sebabnya gue selalu menggumamkan mantra sakti gue saat rasa minder menyerang. Pelacur aja berani nerbitin buku... Gue harus menghormati dan mempercayai diri gue sendiri. Baru gue bisa meyakinkan orang lain untuk menikmati karya gue. Dalam proses pertama, gue DENGAN BANGGA mengundang kalian yang sedang membaca blog ini untuk datang promo Cruise on You tanggal 15 Mei 2010 jam 12p.m. di Museum Bank Mandiri.

 

And I proudly and confidently say, I think you are going to like the book! J

 

Ayoo..kawan semua..come and join me for the Cruise on You book launch!!! This post is your boarding pass to cruise with me to a place where dreams come true…soo..don’t miss it!!! I’ll see you there!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *