Tips Stay-at-Home dari Ahlinya

Hai gaes, gimana, udah mulai mati gaya di rumah? Sowry, kalau gue sih cukup selow. Gimana enggak, pas masa belum zamannya karantina mandiri, gue udah curi start duluan tahun lalu gara-gara retina lepas!  Maka sebagai self-proclaimed expert pada bidang nganggur di rumah, gue mau membagikan tips-tips supaya masa karantina mandiri para pembaca menjadi lebih bermakna. 

Semua adalah berdasarkan pengalaman gue di bidang ini yaitu harus berada dalam posisi telengkup selama DUA BULAN dengan balon gas dalam mata. Jadi kalau masih bisa tidur terlentang dan masih bisa maen laptop dan baca buku sih, itungannya masih level 1…

Selain itu, gue juga pernah menganggur selama setahun di Singapura. Okelah memang gak ada larangan ke luar rumah. Akan tetapi ini SINGAPURA, salah satu kota termahal dunia. Mencoba banyak mau di saat tidak punya penghasilan adalah sebuah tindakan bunuh diri, karena segera sebuah virus keputusasaan yang tidak kasat mata akan menerkam.

But I survive, and here’s the secret: 

1. Set a daily routine

Akan sangat mudah dalam masa penuh ketidakjelasan pekerjaan ini untuk kemudian terbenam dalam tidur yang lama karena mau bangun juga mau ngapain, lalu menghabiskan sepanjang hari scrolling berbagai teori konsiprasi COVID-19. Gak apa juga sik, kalau weekend juga kerjaan kita begono. Akan tetapi coba lakukan ini selama 45 hari maka Anda akan mulai mempertanyakan mengapa kita dilahirkan ke dunia. 

Punya rutinitas akan memberikan loe something to look forward to. Bahkan sesimpel menunggu jam makan siang memberikan hidup yang fana ini semacam sebuah tujuan. Rutinitas gue sekarang ini adalah bangun jam 7, sarapan, olahraga, berjemur, mandi, mulai kerja, lalu… makan lagi, lanjut kerja hingga jam 6 sore, makan malam, mandi dan semedi, lalu maen game sampe ketiduran sekitar jam 11.

Rutinitas juga bakal memastikan loe punya cukup waktu untuk tidur, berolahraga, dan tidak terus-terusan makan. Semua ini tentunya memastikan kelean semua tetep sehat dan terhindar dari virus corona! 

Lalu tentukan aturan dalam rutinitas itu biar ada rasa pembeda kegiatan. Kalau gue memutuskan tidak muter berita COVID sampai kelar mandi, isi dengan baca yang lucu-lucu dan menghibur. Lalu pas kerja cuma buka WA yang kaitannya sama kerjaan, baru sore hingga waktu semedi nonton update COVID. Dua jam cukup untuk membuat idung terasa pilek dan leher terasa kering!

2. Set a goal

Konon Indonesia bakal mengalami masa darurat setidaknya 12 minggu, itu TIGA BULAN CUYY! Setelah semua bingo berantai di IG dikerjakan, bagaimana lagi kita menyia-nyiakan waktu kita di dunia? Punya tujuan hidup membantu untuk memaknai keberadaan kita di semesta. 

Buat target mau jadi lebih APA setelah masa karantina yang belum kelihatan hilal berakhirnya ini. Kerjakan, belajarkan, apapun yang selama ini kagak pernah cukup waktunya karena kesibukan dalam kemacetan. Ini saat yang tepat untuk ikut program Revenge Body with Khloe Kardashian! Atau mau punya Youtube channel sendiri untuk acara masak-memasak bersama Sisca Suwitomo? THIS IS THE TIME!

Kalau gue akhirnya kesempetan belajar Neuroscience di Harvard Online Course. Nanti kalau dah kelar masa karantina gue jadi tau berapa daya dan saraf apa yang dipakai untuk satu gerakan mengulet di pagi hari. Gue juga target menyelesaikan editan buku yang selama ini terbengkalai.

Tentu tujuan hidupnya jangan yang nggak bisa dipenuhi sekarang macam pengen keliling dunia atau backpacking ke Tajikistan ya… Pas retina lagi lepas ya targetnya nggak bisa berkaitan dengan membaca dan menulis. Target gue dulu adalah menjadi orang yang lebih pintar dan menguasai satu keterampilan. Gue mengisi pagi dengan mendengarkan podcast belajar saham, bahasa asing dan sejarah. Sorenya dengan menggambar. 

Punya tujuan memberi kesempatan kita untuk merasa BERHASIL. Yang mana rasa ini akan sangat mengurangi stress atau minimal mengalihkan perhatian kita dari berita-berita yang membuat kita merasa gagal dan tak berguna sebagai Homo sapiens.

Bahkan jika kesibukan sekarang kaitannya dengan program donasi, tentukan juga target untuk kegiatan ini! Kayak para alumni sekolah SMA dulu, Santa Ursula, buat target bikin dan mendonasikan 10 ribu faceshields. Dalam seminggu nyaris tercapai. Ya udah, bikin target baru, bikin DIY ventilator mungkin? 

3. Entertain yourself

Oh ini sungguh sebuah kemampuan yang sangat kritikal dalam kesempatan bertahan hidup! I know, ini nyebelin. Nyokap loe cerewet. Pacar loe ga video-genic. Rumah loe sempit dan banyak setan. Sinyal wifi byarpet. Tetangga loe suka karaokean lagu Mandarin siang-siang. Tiap buka WA ada 500 unread message, isinya berita hoax semua. Ada begitu banyak alasan untuk membenci kebijakan tinggal di rumah. 

Sekarang, tantangannya adalah untuk mencari satu hal yang loe suka, dan bisa melakukannya di rumah. Kalau kata Marie Kondo, what is it that makes your heart sparks with joy? Udah kerjain aja di rumah. Dan apapun hasilnya, laugh at it. Mau bagus ya ketawa sombong. Mau jelek ya ketawa miris.  Nggak bisa ketawa, ya paksain dulu lama-lama juga bisa.

Karena kita suka travelling dan pake baju baru, tiap pagi gue dan mamih pake baju pantai, pake kaca mata item, terus berjemur kayak di Bali. Gunakan daya khayalmu! Gue juga melampiaskan hobi belanja dengan menghabiskan waktu online shopping satu jam setiap harinya. Bahkan meski yang gue beli adalah bebek kamar mandi dan buncis.

Waktu gue nggak bisa lihat? Makan dong… Gue selalu beralasan bahwa mata gue yang baru sembuh ini yang butuh asupan gizi. Guenya sih enggak rakus… Nggak punya hobi? Ya udah. Tonton kartun bajakan yang kelewatan atau yang udah ditonton 20x. Ketawa lagi. Atau koleksi stiker whatsapp. Sereceh apapun, jika itu membuat hatimu bahagia, it matters… Masukkan ini ke dalam rutinitas.

Dalam masa suram ini, semua sibuk menyembuhkan orang yang sakit. Gak akan ada yang bisa menghibur kita selain… diri kita sendiri. Lumayan, buat nambah-nambah imunitas yang sangat diperlukan di tengah kelangkaan vitamin C ini.

Demikiaan mentemenn… Percayalah, setelah jika berhasil melalui masa ini, sesuatu yang baik akan muncul. Gue berhasil menerbitkan buku pertama dan menjadi Country Editor setelah masa permenungan di Singapura.  Demikian juga presentasi di Monash justru terjadi setelah mengetik tanpa melihat. 

I know it’s a very tough time. But it’s do-able. We can even use it as a chance to spring back to life.  And when it’s over, you will come out to the world stronger, happier and… as better human being.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *